Penerimaan peserta didik baru (PPDB) mengharuskan menggunakan sistem zonasi. Setiap peserta didik diwajibkan mendaftar sekolah terdekat dari kediamannya.
SAMARINDA–Kapasitas sekolah yang tak sebanding dengan jumlah penduduk dan pendaftar menjadi kendala yang kerap dihadapi. Orangtua murid pun dibuat pusing ketika menerima hasil anaknya tak diterima di sekolah terdekat.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Samarinda Asli Nuryadin membenarkan, kapasitas dan jumlah sekolah beberapa wilayah tak mampu menampung jumlah pendaftar. Sehingga, beberapa murid mau tak mau harus tidak lolos di sekolah pilihan pertama.
"Seperti yang saya lihat itu kan di SMP 10, SMP 4, banyak peminatnya. Itu sudah pasti ada yang keluar (tidak diterima)," ungkapnya.
Menjawab permasalahan klasik itu, tiga opsi sekolah pilihan di PPDB diberikan. Diwajibkan untuk mengisi seluruh opsi sekolah. Namun, tetap diimbau berdasarkan jarak rumah dengan sekolah pilihan. "Di aplikasi itu juga harus diisi semua, makanya orangtua kalau pilih sekolah jangan dibalik. Pilih yang terdekat dulu, baru yang terjauh, jadi kalau tidak diterima pilihan pertama, masuk pilihan berikutnya," terang dia. Asli menegaskan, sejatinya seluruh sekolah memiliki tujuan yang sama. Sehingga, orangtua tak perlu memaksakan kehendak agar anaknya dapat masuk di sekolah pilihan pertama.
"Kami pasti berikan penjelasan dan solusi, yang penting jangan memaksakan. Kami akan berusaha anak untuk masuk (sekolah), pasti dicarikan. Semua sekolah kan tujuannya baik, tapi persepsi masyarakat masih ada sekolah favorit dan tidak," imbuhnya.
Terkait daya tampung sekolah, lanjut Asli, sebenarnya jika seluruh kapasitas sekolah digabung, ada kelebihan 500 peserta didik. Namun, yang dihadapi saat ini tak semua sekolah di Kota Tepian sebanding dengan jumlah penduduk.
"Ya itu, karena enggak sebanding sama jumlah penduduk. Kalau penuh ya kepenuhan, kalau kurang ya kekurangan. Ada beberapa sekolah malahan yang kekurangan murid," ucapnya.
Sekolah yang kekurangan murid itu nantinya bisa jadi opsi ketika ada peserta didik yang tidak mendapatkan sekolah. Opsi lainnya, paling tidak bisa diarahkan ke sekolah swasta.
"Swasta itu juga ada yang hebat, cuma kan memang terbatas persepsi jika mahal. Kalau memang mampu ya berarti tidak ada masalah. Kalau tidak kami akan carikan sekolah yang kurang diminati, tapi memang lebih jauh," kuncinya. (*/dad/dra/k8)