Di Samarinda Ratusan Terjangkit DBD, Dua Meninggal

- Senin, 21 Juni 2021 | 19:00 WIB
Dokter Budi Triyanto Hadi (DENNY SAPUTRA/KP)
Dokter Budi Triyanto Hadi (DENNY SAPUTRA/KP)

Potensi penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) terus meningkat. Hingga Juni minggu ketiga, 427 orang dilaporkan terjangkit penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes aegypti itu. Dua orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Padahal, pada 2020, nol kasus meninggal dari total kasus sekitar 600 pasien sepanjang tahun.

 

SAMARINDA–Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Samarinda dr Budi Triyanto Hadi mengatakan, kondisi Samarinda saat ini cenderung terkendali meski kasus yang terjadi berpotensi meningkat dari tahun lalu.

Bahkan pasien meninggal juga sudah dua orang terjadi pada Juni. "Makanya upaya pencegahan dan pengendalian dilakukan, setiap puskesmas sudah melakukan upaya. Baik sosialisasi, menggiatkan para kader juru pemantauan jentik (jumantik)," ucapnya. Perilaku 3M Plus masih yang paling efektif untuk menekankan angka penyebaran DBD. Selain itu, fungsi kader jumantik penting, di mana tahun lalu sempat ada rencana pencanangan satu rumah satu kader jumantik.

Namun, akibat pandemi, program belum digaungkan. "Kami sudah minta kepada kader jumantik tiap kecamatan untuk mulai edukasi dan sosialisasi. Hal itu diharapkan efektif, karena pembasmian jentik merupakan upaya paling mudah dan murah dalam menekankan penyebaran nyamuk," ucapnya.

Dia mewanti-wanti kepada masyarakat agar mewaspadai jika ada anggota keluarga yang demam lebih dari dua hari, agar segera memeriksakan kondisi tubuh ke puskesmas, klinik atau rumah sakit untuk menentukan kondisi tubuh. Apalagi kini di 26 puskesmas sudah memiliki alat deteksi dini DBD, yakni NS1, sehingga jika pasien datang dengan keluhan panas lebih dari dua hari, langsung dilakukan tes. "Itu untuk memastikan bahwa pasien tersebut terdiagnosa DBD atau Covid-19," ujarnya.

Jika melihat indikasi, kedua penyakit itu hampir mirip, yakni panas tinggi lebih dari dua hari. Meski kecenderungan Covid-19 lebih banyak menyerang orang dewasa, sedangkan DBD menyasar anak-anak yang notabene tingkat kekebalan tubuh belum sekuat orang dewasa.

"Kalau demam lebih dari dua hari tidak turun padahal sudah istirahat, minum obat penurunan panas hingga kompres air hangat tidak mempan, bisa dipastikan 80-90 persen karena virus," ucapnya.

Terhadap seluruh warga, dia berharap terus waspada, apalagi saat ini Samarinda cenderung memasuki musim hujan, merupakan waktu yang tepat bagi nyamuk dewasa untuk bertelur. Meski cuaca di Kota Tepian tidak bisa diprediksi, bisa jadi beberapa hari ke depan cuaca bisa panas sepanjang minggu.

"Makanya mari membasmi nyamuk dari jentiknya. serta mengurangi tempat berpotensi jadi penampungan air, karena nyamuk Aedes aegypti suka air yang bersih, apalagi air hujan yang ditampung. Makanya rutin untuk menguras tempat penampungan dan menutup rapat tempat tersebut," kuncinya. (dns/dra/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X