Pemulihan perekonomian akibat pandemi Covid-19 merupakan tugas bersama. Dari itu Aisyiyah Muhammadiyah hadir, tidak hanya memberikan pembekalan tapi juga pendampingan hingga usaha keluarga mampu berkembang.
ULIL MUAWANAH, Balikpapan
SEKOLAH Wirausaha Aisyiyah atau disingkat SWA merupakan salah satu program unggulan dari Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Muhammadiyah. Tujuan program SWA ialah memberi literasi mengenai strategi dan teknik berwirausaha dalam rangka mewujudkan keberdayaan ekonomi keluarga dan masyarakat. Melalui penciptaan lingkungan yang memberikan peluang bagi perempuan agar mampu berwirausaha.
SWA hadir untuk peningkatan kualitas kehidupan perempuan dan mengangkat harkat martabat kaum hawa, terutama mereka yang berada di kalangan keluarga kurang mampu. Ketua Majelis dan Ketenagakerjaan Pimpinan Daerah Aisyiyah Balikpapan Tati Kartika mengatakan, kegiatan SWA yang digelar beberapa hari lalu perdana digelar di Kota Minyak, dan Balikpapan menjadi kota yang ke-20 melaksanakan SWA.
“Sekolah Wirausaha Aisyiyah diperuntukkan khusus kaum hawa yang berada di usia produktif. Tetapi karena baru pertama digelar, jadi kami tidak membatasi peserta yang ingin bergabung. Sebab, banyak pula yang berusia di atas 40 tahun mereka tetap semangat serta produktif,” tuturnya.
Tati menambahkan, kegiatan yang digelar secara online ini merupakan sebuah respon untuk menyikapi kebutuhan penyelenggaraan program SWA di masa pandemi. Perempuan yang bergabung dalam SWA diberikan pelatihan dan materi mengenai membangun mental bisnis, merancang bisnis, merencanakan proses produksi, menata keuangan, pembukaan usaha, pemasaran produk, membangun jejaring usaha, kunjungan usaha lalu praktik langsung.
Pendampingan dan pembinaan secara berkelanjutan dilakukan selama tiga bulan. Melalui koperasi, anggota Aisyiyah pun mendapatkan bantuan modal awal Rp 5 juta. Sekalipun nanti telah berkembang, Tati menuturkan tidak bisa lepas tangan begitu saja, usaha yang dirintis anggota SWA harus benar-benar jadi. Tujuannya, demi penguatan ekonomi kerakyatan sosial. Membantu perekonomian daerah sehingga membuka lapangan pekerjaan baru.
Terlebih jelang perpindahan ibu kota negara baru, pelaku usaha lokal harus siap bersaing dengan UMKM yang datang dari luar. Terus menelurkan strategi baru, baik dari kemasan produk yang menarik hingga melihat peluang di pasar digital yang kian berkembang. Di Kota Minyak, Tati melihat masih didominasi pelaku usaha kuliner seperti abon ikan layur, mantau maupun amplang. Sedangkan di sektor kerajinan masih kurang.
Hanya saja, kini pemilik usaha kuliner seperti amplang harus berbenah. Dikarenakan banyak daerah mulai memproduksi amplang, bahkan menurutnya kualitas yang dihasilkan lebih baik dari produk lokal.
“Bila ekonomi keluarga sehat, penguatan sosialnya juga akan kuat. Karena keluarga menjadi ujung tombak. Apalagi bila IKN benar-benar maju, jangan sampai kita disapu UMKM dari luar daerah. Wirausahawan perempuan harus bisa memajukan usahanya, tidak hanya di tingkat lokal, nasional tapi juga internasional,” imbuh Tati.
Ia menjelaskan, Aisyiyah merupakan organisasi perempuan Muhammadiyah. Selain SWA, terdapat beberapa program, seperti Klinik Usaha Keluarga Aisyiyah, koperasi, Ikatan Pengusaha Aisyiyah, dan Bina Usaha Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA).
“Dari kegiatan ini diharapkan bisa menebar berkah di tengah pandemi, saling membantu dan memberikan dukungan. Kami juga mengajak kaum perempuan, siapa pun yang ingin bergabung, bahkan bagi yang belum memiliki usaha untuk sama-sama saling belajar, sambil latihan usaha bersama. Menumbuhkan semangat perekonomian agar bisa bangkit, walau badai pandemi belum kunjung berakhir,” tandasnya. (lil/ndu/k15)