Prospek Cerah Petani Karet, Sawit, Lada, hingga Kakao

- Sabtu, 19 Juni 2021 | 13:30 WIB
Karet dan lainnya bisa jadi unggulan Kaltim.
Karet dan lainnya bisa jadi unggulan Kaltim.

Ada sejumlah kendala yang dihadapi petani dalam menumbuhkan ekosistem perkebunan selain sawit. Mulai bagaimana menjaga harga, hilirisasi, hingga bermitra dengan pabriknya.

 

NOFIYATUL CHALIMAH, Kutai Barat

 

KELAPA sawit masih menjadi komoditas dengan luasan lahan paling besar di Kaltim. Tetapi, Kaltim punya potensi besar lain di sektor perkebunan. Diam-diam, pasarnya sudah sampai di Eropa. Di karet, kakao, lada, kelapa dalam, dan aren. "Itu yang termasuk memiliki nilai ekonomi tinggi. Rata-rata hasil perkebunan untuk ekspor," kata Kepala Dinas Perkebunan Kaltim Ujang Rachmat. Dia melanjutkan, saat ini biji kakao dari Kaltim sudah diekspor ke Eropa. Biasanya, diekspor dalam bentuk biji yang sudah difermentasikan atau dikeringkan. Di Benua Biru, kakao digunakan sebagai bahan makanan.

Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur merupakan sentra penanaman kakao di Kaltim. Di beberapa tempat lainnya juga terdapat areal perkebunan kakao dalam luasan yang relatif kecil. Luas areal pertanaman kakao menurut data pemerintah pada 2019, kurang lebih 7.328 hektare dengan produksi biji kakao kering sejumlah 2.513 ton. Sektor potensial lain adalah perkebunan karet. Di Kaltim saat ini, pengolahan karet sudah mencapai SIR 20. Ada dua pabrik di Kaltim yang melakukan pengolahan karet. Berlokasi di Kabupaten Kutai Barat dan Kota Samarinda. Produk SIR 20 karet ini, biasanya akan dibawa ke luar daerah untuk bahan pembuatan ban mobil. "Potensinya besar, tapi masih kurang," ucapnya.

Luas areal pertanaman karet pada 2019 tercatat seluas 118.638 hektare. Terdiri dari areal perkebunan rakyat 92.639 hektare, perkebunan besar negara sebesar 399 hektare dan perkebunan besar swasta 25.600 hektare dengan produksi seluruhnya berjumlah 52.817 ton. Ujang mengatakan, masalah yang dihadapi petani adalah rantai pasok dan kelembagaan. "Bagaimana menjaga harga. Bagaimana harga bisa menjaga industri hilirnya. Harus dijaga industrinya, petani dimitrakan dengan pabriknya, untuk menjaga dan memperbaiki harga," jelasnya.

Saat mengunjungi areal perkebunan karet di Kampung Juaq Asa, Barong Tongkok, Kutai Barat, pekan lalu, Gubernur Kaltim Isran Noor dan Wakil Gubernur Hadi Mulyadi memberi bantuan kepada para petani. Misalnya, di areal peremajaan karet seluas 79 hektare di Kampung Juaq Asa, pemprov menyerahkan sejumlah bantuan kepada para petani. Total peremajaan karet dilakukan untuk lahan seluas 460 hektare dan perluasan lahan karet 395 hektare. Bantuan yang diserahkan antara lain berupa bibit karet, sawit, dan pupuk.

Tahun ini, bantuan keuangan Pemprov Kaltim untuk pengembangan perkebunan di Kabupaten Kutai Barat juga dikucurkan sebesar Rp 31 miliar. "Jadi, bantuan keuangan ini bukan uang saya. Itu uang rakyat yang memang harus kembali kepada rakyat dan memang kewajiban," kata gubernur. Bantuan keuangan itu digunakan untuk peningkatan jalan, pembukaan jalan usaha tani baru sepanjang 7.360 meter, pembuatan jembatan ulin, bantuan pupuk hayati cair untuk intensifikasi tanaman karet, kelapa sawit, lada, kakao, serta tanaman pangan dan hortikultura yang tersebar di 16 kecamatan dengan total luas 17.479 hektare.

Kabupaten Kutai Barat memiliki luasan wilayah 20,381,59 kilometer persegi. Terdiri dari 16 kecamatan dan 194 kampung. Kabupaten ini ternyata mempunyai luasan areal perkebunan sebesar 202.585 hektare dengan jumlah tenaga kerja perkebunan sebanyak 49.948 orang. Terdiri dari perkebunan lada seluas 126 hektare dengan produksi 5 ton, kelapa seluas 1.061 hektare dengan produksi 202 ton, kakao seluas 505 hektare dengan produksi 19 ton. Disusul karet seluas 45.249 hektare yang berproduksi sebanyak 26.077 ton. Lalu, yang perkebunan kelapa sawit seluas 153.870 hektare dengan produksi sebesar 1.293.587 ton.

Isran Noor pada kunjungan kebun karet di Barong Tongkok mengatakan, daerah ini memang awalnya areal perkebunan. Tanahnya subur dan ini merupakan peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan perkebunan terutama karet. “Karet bukan saja untuk keperluan industri hilir, tapi juga bisa untuk campuran aspal sehingga menghasilkan kualitas jalan yang bagus. Jadi para petani karet, sawit, lada atau apapun perkebunan dia adalah orang-orang yang memiliki prospek dan pandangan yang bagus ke depan atau visioner,” pungkas lelaki yang sempat berprofesi sebagai penyuluh pertanian itu. (riz/k8/ bersambung)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X