SAMARINDA–Terkait kejadian meninggal anak berusia 12 tahun di Gang Bhakti, RT 32, Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan Samarinda Kota, Jumat (11/6) lalu, yang diduga karena terserang demam berdarah dengue (DBD), Puskesmas Samarinda Kota membantah.
Meski gejala yang ditunjukkan sang anak beberapa hari sebelum meninggal menunjukkan diagnosis mirip DBD, tetapi belum ke arah penyakit tersebut.
Kepala Puskesmas Samarinda Kota dr Rani Rosanti menjelaskan, setelah mendengar ada warga di bawah naungan puskesmasnya meninggal dengan gejala mirip DBD, tim survelians langsung turun melakukan penyelidikan epidemiologi (PE). Di sekitar tempat tinggal anak tersebut, memang ditemukan empat anak lainnya yang gejalanya mirip DBD. "Satu anak dinyatakan positif DBD berdasarkan pemeriksaan antigen virus dengue (NS1), tetapi karena kondisi trombosit terkontrol, makanya menjalani rawat jalan di rumah," ungkapnya, Kamis (17/6).
Sedangkan dua anak lainnya, lanjut dr Rani, masih mendapat perawatan di rumah sakit, namun belum dinyatakan positif DBD. Sementara itu, satu anak lainnya dirawat di rumah keluarga, jauh dari RT 32. Namun, dia memastikan anak yang meninggal belum terdiagnosis positif DBD, karena pasien meninggal dalam perjalanan menuju RS Dirgahayu, yang sebelumnya hanya dirawat di rumah. "Sehingga pihak RS Dirgahayu belum sempat melakukan pemeriksaan penunjang lainnya," ujar dia.
Namun, atas kasus itu, pihaknya langsung mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus DBD. Jika menemukan anak demam tinggi dengan perdarahan di kulit bawah, gusi berdarah hingga perdarahan saat buang air besar, agar segera melaporkan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan NS1. "Kami juga edukasi masyarakat untuk tidak menyepelekan demam disertai manifestasi DBD," ucapnya.
Dia berharap, warga hidup sehat dengan menerapkan 3M plus, yakni rajin menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, dan membuang atau menimbun barang-barang yang berpotensi menjadi tempat penampungan air. Selain itu, rajin memakai anti-nyamuk, memasang jaring anti-nyamuk di ventilasi dan pintu, menaburkan bubuk larvasida pada penampungan air dan mendaur ulang barang-barang berpotensi menampung air.
"Kami juga melakukan program inovasi, namanya ‘Si Cantik Cerdas’, atau siap mencari jentik dengan mengajak kader menjadi kader jumantik. Yang tugasnya melihat lokasi-lokasi potensi berkembang jentik di kawasan permukiman," jelasnya.
Dia menerangkan, di pelayanan puskesmas juga disesuaikan dengan kondisi DBD, saat penerimaan pasien atau triase, dilakukan edukasi terhadap petugas. Di mana jika ada pasien datang dengan gejala mirip DBD untuk melakukan pemeriksaan NS1. "Agar cepat diputuskan penanganan lanjutan terhadap pasien tersebut," ucapnya.
Terhadap kawasan Kelurahan Pelabuhan, dua RT sekitar bakal masuk target fogging kedua pada Senin (21/6), karena fogging pertama sudah dilakukan pemerintah Kecamatan Samarinda Kota bersama relawan, Selasa (15/6).
"Fogging itu langkah akhir. Juga tidak ada syaratnya. Semua rumah harus membuka pintu, tidak boleh saat hujan, serta waktu saat nyamuk dewasa aktif dari pukul 08.00–16.00 Wita," tutupnya. (dns/dra/k8)