Diagnosis dokter menyebutkan, Ani Kasanah memiliki kelamin laki-laki, tapi kurang sempurna. Namun, enam tahun setelah hasil tes medis tersebut dan sesudah melewati tiga operasi, dia masih harus menunggu agar bisa disahkan sebagai Anang Sutomo.
PUSPITORINI DIAN H., Kediri, Jawa Pos
FATIMAH masih ingat betul saat keponakannya itu datang dan curhat. ”Dia tanya, ’Kok saya tidak punya payudara ya, Bulik?’” ucap Fatimah menirukan keluh kesah Ani Kasanah, sang keponakan, yang ketika itu masih duduk di bangku kelas VI SD.
Karena menganggap Ani masih terlalu kecil, Fatimah menanggapi ringan. ”Kowe sik cilik kok. Ancen urung wayahe (Kamu masih kecil. Memang belum waktunya),” kenang Fatimah menanggapi pertanyaan tersebut.
Sampai akhirnya, pada awal Oktober 2015, adik dari Tutik, ibu kandung Ani, itu diminta kakaknya datang ke rumah mereka di Dusun Tunggul, Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. ”Saya diminta menemani mbak (Tutik) ketemu gurunya,” terang Fatimah.
Memang, Fatimah sering membantu sang kakak dalam banyak urusan. Sebab, selain kurang mampu, ayah dan ibu Ani tidak pernah bersekolah dan buta huruf.
Guru yang dimaksud adalah Luluk Agustina, guru bahasa Inggris, dan Endang Wahyuni, guru BK. Saat itulah dua guru di SMPN 2 Semen tersebut bercerita tentang curhatan Ani kepada temannya, Ayu Fitri. Ani resah karena tidak mengalami menstruasi dan tidak memiliki payudara sampai merasa berbeda. Apalagi, di sekolah dia sering di-bully teman-temannya karena dianggap aneh dan mirip laki-laki, tapi pakai rok. ”Ibu guru lalu minta izin ke bapak ibunya untuk memeriksakan Ani ke Puskesmas Semen,” ujar Fatimah.
Akhirnya, setelah mendapat izin, pada 13 Oktober 2015, tepat ulang tahun ke-16 Ani, Endang membawa Ani ke Puskesmas Semen. Dia diperiksa dr Niko Bayu Prakarsa. Saat itulah Ani sudah didiagnosis mengalami other specified disorders of penis atau memiliki kelamin laki-laki tapi kurang sempurna. ”Waktu itu lega (informasi laki-laki, Red),” kata Ani bercerita saat mendapatkan informasi awal tentang identitasnya tersebut.
Perjalanan mendapatkan identitas diri pun dimulai. Ani mengikuti sejumlah prosedur. Dari diagnosis awal itu, pada 14 Oktober 2015, Ani lantas diperiksa di bagian spesialis urologi RSUD Gambiran, Kota Kediri. Dia harus menjalani tes kromosom untuk memastikan jenis kelaminnya. Satu-satunya laboratorium uji genetika hanya ada di RSUD dr Soetomo, Surabaya. Akhirnya, dia dirujuk ke rumah sakit milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur tersebut.
Pada 25 Oktober 2015, tiba saatnya dia menjalani uji kromosom. Setelah diperiksa selama dua hari, dia kembali ke Kediri. Sampai akhirnya, pada 25 Desember 2015, hasil yang ditunggu-tunggu diterimanya. Pada pemeriksaan kariotipe, ternyata Ani menunjukkan kromosom 46/XY. Berdasar data itu, tim dokter memastikan Ani berjenis kelamin laki-laki.
Untuk menyempurnakan identitasnya, Ani harus menjalani operasi. Operasi pertama dijalaninya pada 23 April 2016. Ani dirawat di Ruang Instalasi Rawat Inap (Irna) Bedah Dahlia 15 RSUD dr Soetomo, Surabaya. Saat itu dia harus antre menjalani operasi.
Hingga tiba waktunya Ani dioperasi. Operasi pertama yang dijalaninya adalah menurunkan kandung kemih atau buah zakar. Operasi itu kali pertama dilakukan pada 27 April 2016. Operasi pun berjalan sukses selama 10 jam.