BEIJING- Presiden Amerika Serikat Joe Biden benar-benar menguji kesabaran Tiongkok belakangan ini. Berbagai upaya dilakukan Biden demi menghalangi dominasi Beijing. Yang terbaru, Biden mendorong para pemimpin negara anggota NATO untuk melawan otoritarianisme dan kekuatan militer Tiongkok.
’’Ambisi dan perilaku sombong Tiongkok telah menghadirkan tantangan sistematis pada tatanan internasional yang berbasis aturan dan area yang relevan dengan keamanan aliansi (NATO, Red),” bunyi pernyataan para pemimpin NATO yang tertuang dalam komunike. Biden pada Senin (14/6) melakukan pertemuan dengan para pemimpin NATO di Brussel, Belgia.
Beberapa isu yang dikhawatirkan oleh pemimpin NATO adalah pembangunan fasilitas nuklir dan kemampuan perang siber Tiongkok yang mengancam tatanan internasional. Sekjen NATO Jens Stoltenberg bahkan memperingatkan bahwa kekuatan militer Tiongkok sudah mendekati wilayah mereka. Selain itu, Tiongkok dipandang tidak memiliki nilai-nilai negara Barat yang dibela dan dipertahankan NATO.
Militer Tiongkok belakangan memang tegang dengan negara-negara lain yang menjadi rivalnya. Mereka bentrok dengan tentara India di perbatasan Himalaya. Tiongkok juga pamer kekuatan di perairan dan wilayah laut Taiwan serta Laut China Selatan. Padahal, Taiwan adalah sekutu AS.
Bujet belanja militer Tiongkok adalah yang terbesar kedua di dunia setelah AS. Berdasar paparan Kementerian Keuangan Tiongkok yang diungkap Maret lalu, anggaran itu bakal naik 6,8 persen. Beijing juga mengeluarkan miliaran dolar untuk membangun stasiun luar angkasa milik mereka yang diberi nama Shenzhou-12. Dilansir The Guardian, awak pertama akan diterbangkan dalam pekan ini.
Tak semua negara Eropa mengadopsi mentah-mentah sikap NATO. Beberapa tidak langsung mengambil sikap terbuka menentang Tiongkok. Salah satunya Kanselir Jerman Angela Merkel. ’’Tiongkok adalah rival dalam beberapa hal, tapi juga partner di beberapa aspek,’’ ujarnya seperti dikutip CNN.
Isi pernyataan NATO itu jelas membuat Tiongkok berang. Beijing menegaskan bahwa NATO hanya melebih-lebihkan dan menciptakan konfrontasi. Mereka meminta agar NATO tak terpengaruh oleh AS dan melihat pembangunan di Tiongkok secara rasional.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian mengkritik upaya Biden untuk memojokkan negaranya dalam kunjungannya baru-baru ini. Baik di pertemuan G7 maupun NATO. ’’AS memang sakit dan sangat sakit malah. G7 harus mengecek nadinya dan meresepkan sesuatu,’’ sindirnya seperti dikutip Bloomberg.
Sebelumnya, dalam pertemuan G7 di Cornwall, Inggris, Biden mendorong agar seluruh anggota menghalangi dominasi Tiongkok. Mereka bahkan meluncurkan program yang serupa dengan Belt and Road Initiative (BRI) milik Tiongkok.
Beijing memang sedang frustrasi dengan usaha mati-matian Washington untuk menjadikan Tiongkok sebagai musuh bersama. Detensi dan kekerasan warga minoritas muslim Uighur di Xinjiang, pengebirian demokrasi di Hongkong, dan usaha menguasai Taiwan menjadi sorotan dalam berbagai pertemuan yang dihadiri Biden dalam lawatannya ke Eropa.
’’Tiongkok tentu memiliki alasan untuk khawatir karena aksi NATO akan dilihat sebagai langkah AS untuk mengepung dan memojokkan Tiongkok,’’ terang Vivian Zhan, profesor Ilmu Politik Tiongkok di Chinese University of Hong Kong. Dia menegaskan bahwa Tiongkok akan berupaya keras untuk menguatkan hubungannya dengan sekutu-sekutu. Misalnya, lewat perdagangan, investasi, dan diplomatik. Hal itu dilakukan untuk melemahkan aliansi yang dibuat AS. Atau setidaknya membuat negeri Paman Sam kelabakan serta harus mengeluarkan usaha dan biaya besar untuk mempertahankan aliansinya. (sha/c6/bay)