Lucu, Gigih, dan Ngemong Pemain Muda

- Rabu, 16 Juni 2021 | 15:27 WIB
Sejumlah keluarga berdoa di makam Markis Kido.
Sejumlah keluarga berdoa di makam Markis Kido.

Meski memiliki riwayat hipertensi, Markis Kido tak pernah patah semangat dan berhasil meraih puncak karier berkat kegigihannya itu. Ada masa ketika, karena kondisi kesehatannya tersebut, dia sampai perlu surat pernyataan dari keluarga agar bisa ikut turnamen.

 

RAGIL PUTRI IRMALIA, Jakarta, Jawa Pos

 

YUL Asteria sebenarnya sudah melarang Markis Kido bermain badminton di Tangerang pada Senin malam (14/6) itu. Ibunda juara Olimpiade tersebut khawatir dengan kondisi kesehatan sang putra. ”Tapi, kata Uda (Kido), nggak apa-apa karena buat senang-senang saja. Ketemu teman, tidak capek-capek,” ujar Bona Septano, adik Kido, menceritakan ulang cerita sang ibu.

Yul tentu yang paling tahu sang anak memang tak pernah bisa dipisahkan dari bulu tangkis. Sejak kecil, Kido tumbuh bersama olahraga yang dicintainya tersebut. Dan, badminton pula yang mengantarkannya ke puncak dunia: merebut emas ganda putra Olimpiade Beijing 2008 berpasangan dengan Hendra Setiawan.

Namun, ibu tetaplah ibu. Bahkan, seandainya tak diberi tahu, seorang ibu akan merasa bahwa kondisi sang buah hati sedang tidak fit. Karena itu, saat mereka sarapan bersama pada Selasa pagi itu, Yul meminta Kido tak menepok bulu dulu.

-

Hendra Setiawan dan Markis Kido merebut emas Olimpiade Beijing 2008.

Kido tetap berangkat sore itu untuk cari keringat di GOR Petrolin, Alam Sutera, Tangerang. Dia memang rutin bermain di sana. Salah seorang rekan bermainnya adalah Candra Wijaya, sesama anggota pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur, dulu. Namun, Kido tiba-tiba kolaps saat baru bermain setengah set. Pingsan. ”Dari sisi teman-teman di sana, ketika pingsan itu, dia (Kido) sempat ngorok. Ada indikasi Kido mengalami serangan jantung. Tapi, sejauh ini belum menerima laporan dari dokternya,” kata Kabidhumas PP PBSI Broto Happy.

Kido memiliki riwayat darah tinggi atau hipertensi sejak dulu. Ada indikasi faktor genetik yang memengaruhi kondisi tersebut.

Sigit Pamungkas, pelatih yang menangani ganda putra saat Olimpiade Beijing 2008, menceritakan bahwa Kido yang dilahirkan di Jakarta pada 11 Agustus 1984 menorehkan perjuangannya dengan penyakitnya tersebut. Bahkan ketika dia masih aktif menjadi atlet. Setiap hari Kido selalu mengonsumsi obat. Sigit juga selalu mengingatkan anak asuhnya tersebut untuk selalu menjaga pola makan.

Pada 2009, Kido juga nyaris tak bisa mengikuti Jepang Terbuka karena kondisinya tidak baik berdasar hasil cek kesehatan. Namun, dia kekeh untuk tetap berangkat. ”Sampai ada surat pernyataan dari keluarga, kalau terjadi apa-apa sama Kido, tidak akan menuntut PBSI. Semua akhirnya berjalan lancar. Malah Kido/Hendra (Setiawan) keluar sebagai juara,” ujarnya.

Kido, menurut Sigit, memang tak hanya bertalenta. Dia juga memiliki kegigihan yang luar biasa. Meski memiliki kondisi kesehatan khusus, dia menolak menyerah. Hingga akhirnya, Kido bisa berprestasi tinggi.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X