Penebas Kepala Istri Itu Diduga Depresi, Sepanjang Malam Teriak-Teriak

- Selasa, 15 Juni 2021 | 13:12 WIB
Korban ibu dan anak yang dibunuh suami sendiri.
Korban ibu dan anak yang dibunuh suami sendiri.

Setelah membunuh istri dan anaknya yang baru berusia satu tahun, AH (30) berjalan menuju Masjid Al Ihya. Dia menenteng parang. Sasaran amukan selanjutnya, para jamaah yang sedang mendengar ceramah agama. 

 

TAKLIM yang diisi Ustaz Abu Bakar baru saja dimulai selepas jamaah Masjid Al Ihya di Desa Sepaso Barat, RT 002, Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) menunaikan salat Magrib berjamaah, Ahad (13/6) malam. Tabliq ini merupakan kegiatan rutin warga menunggu waktu salat Isya. Tiba-tiba, dari luar masjid, suasana pengajian dihebohkan kedatangan AH. Dia membawa parang, tanpa busana. Jamaah pun panik.

Abu Bakar mendatangi dan berusaha menenangkan AH. Bukannya tenang, AH justru beringas dan ingin melukai sang ustaz. Jamaah lalu menyergap AH. Tubuhnya terjatuh ke lantai, kedua tangannya kemudian diikat. Dia terus berteriak-teriak. Sebagian jamaah lalu berlari menuju kediaman AH. Mereka hendak memanggil istri AH. Ingin menyampaikan jika suaminya bikin onar di masjid. Tapi, suasana mencekam justru disaksikan warga.

Di dalam rumah, dua orang tengah terbujur kaku bersimbah darah. Dialah MD (30) dan MK (1). Istri dan anak bungsu AH. Istri AH ditemukan warga tergeletak di depan pintu ruang tamu. Kepalanya cedera serius akibat sabetan benda tajam. Darah masih mengucur ketika warga datang. Jasad MD, berjarak sekitar dua meter dari anaknya yang berada di ayunan yang terbuat dari sarung. MK meninggal akibat luka goresan benda tajam bagian leher. Keduanya tewas dengan kondisi tidak wajar.

Saat MK dibunuh, kakaknya yang berusia 4 tahun tengah menginap di rumah neneknya. Motif pria yang bekerja sebagai buruh serabutan membunuh keluarganya itu, masih belum jelas hingga kemarin. Kesaksian warga, dia dipengaruhi minuman keras. Kesaksian lainnya, AH dipengaruhi ilmu hitam. Motif pembunuhan masih sulit disimpulkan polisi karena AH belum kooperatif.

“Agak sulit memintai keterangan, karena ada luka di lehernya, jadi kami belum tahu, apakah pelaku melakukan percobaan bunuh diri setelah membunuh istri dan anaknya atau luka leher pelaku karena adanya perlawanan dari korban. Tapi dia (AH) sudah kami bawa berobat ke puskesmas," kata Kapolsek Bengalon, Iptu Slamet Riyadi. Dia melanjutkan, AH membunuh anak dan istrinya di rumah yang mereka tempati. Kejadian diduga jelang Magrib.

"Saksi lain mendatangi rumah pelaku untuk mengabari pada keluarganya jika AH mengamuk di dalam masjid, tapi para saksi malah menemukan istri dan anak pelaku dalam keadaan tengkurap dan berlumuran darah, di mana keduanya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia," ungkapnya. Dari informasi yang dihimpun polisi, tidak ada gelagat aneh dari sosok AH dalam beberapa hari terakhir. Jadi, warga kaget melihat peristiwa tragis yang diduga dilakukan AH terhadap anak dan istrinya. "Kata tetangganya, biasa aja. Keseharian (AH) tidak ada yang menyimpang dan hari-harinya biasa aja," ucap Slamet.

Dia melanjutkan, sebelum ditangkap dan dibawa ke Polsek Bengalon untuk dilakukan proses hukum lebih lanjut, pelaku diduga sempat berupaya melakukan percobaan bunuh diri. Karena didapati luka di bagian leher. Pemeriksaan masih terus dilanjutkan hingga Senin (14/6). Kapolsek menuturkan, pelaku enggan diperiksa. Bahkan sekadar untuk menjawab pertanyaan pun kerap diabaikan. AH lebih memilih mengamuk di kantor polisi dibanding memberi keterangan.  "Kami sudah olah TKP, tapi kami tetap melakukan pemeriksaan dan masih menggali informasi lagi. Tapi pelaku masih tidak mau ngomong, sepertinya dia depresi. Sampai subuh cuma ngamuk dan teriak-teriak saja," sebutnya. Slamet pun enggan berasumsi jika sikap pelaku akibat pengaruh ilmu hitam yang disampaikan warga. "Kami harus tunggu hasil periksa medis dulu. Kali ini memang agak sulit. Karena semalam anggota terbatas dan harus bagi tugas, ada yang mengurus mayat ada yang menangani pelaku," bebernya.

Kasus pembunuhan seorang suami kepada istri dan anaknya, telah menggegerkan Kutai Timur. Pelaku disebut-sebut memiliki gangguan kejiwaan. Namun, untuk hal ini, perlu penyelidikan dan pemeriksaan lebih mendalam lagi. Meski begitu, jika memang gangguan jiwa, hal ini pun menunjukkan bahwa lelaki pun rentan terhadap gangguan jiwa.

Psikolog klinis yang berpraktik di Samarinda, Ayunda Ramadhani mengatakan, dari berita yang dia baca, pelaku disebut diduga memiliki masalah kejiwaan. Jadi sebenarnya, melihat pembunuhan yang dia lakukan terhadap istri dan anaknya, perlu ditelaah juga apa latar belakangnya. Tetapi, karena ini juga disusupi dengan dugaan pelaku mengonsumsi minuman keras, jadi ada beberapa dugaan yang patut ditelusuri. Kalau dia mabuk, dia dalam kategori tidak sadar karena dalam pengaruh bahan berbahaya.

”Yang perlu ditelusuri, adalah apakah pelaku benar-benar mabuk. Kalau dia mabuk, tetap harus diperiksa kejiwaan oleh psikiater juga psikolog klinis, apakah ada riwayat gangguan kejiwaan. Jika pun dia ternyata memiliki riwayat gangguan kejiwaan, juga tetap harus diperiksa, apakah dia ketika melakukan pembunuhan itu dalam kondisi kambuh atau tidak,” kata Ayunda.  Sebab, tidak serta-merta orang dengan gangguan jiwa ketika melakukan tindakan kejahatan akan terbebas dari hukuman. Mengingat akan harus ditelaah kembali, apakah dia melakukan kejahatan itu dalam keadaan gangguan kejiwaannya kumat atau tidak.  Jika diketahui dalam keadaan sadar, apalagi diketahui dia minum obat dengan teratur dan baik, maka dia bisa saja dihukum. Ini maka ujung-ujungnya perlu diperiksa kembali kejiwaannya.

Alasan mengapa dia melakukan tersebut, tentu harus diusut. Tetapi, penyebabnya bisa saja multifaktor. Bisa saja faktor ekonomi atau konflik keluarga. Sehingga, si pelaku gelap mata membunuh anak istrinya. Selain itu, tingkat pendidikan atau kecerdasan bisa saja turut berperan. Misalnya, saat ini masyarakat menyebut bahwa tersangka diduga gila karena sebelumnya mencoba menganut ilmu hitam. Jika dia memiliki pengetahuan rasional yang baik, tentu tidak mudah percaya dengan ilmu hitam.  “Biasanya orang menganut ilmu hitam itu kan disebabkan karena ingin kaya, abadi, atau terlihat awet muda. Kalau mereka yang rasional, kalau ingin kaya ya pasti bekerja,” imbuh Ayunda.

Di sisi lain, kerentanan laki-laki mengidap gangguan kejiwaan juga memang mudah terjadi di era saat ini.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X