Negara G7 Sepakati Program Baru demi Saingi Tiongkok

- Selasa, 15 Juni 2021 | 10:21 WIB
Bendera negara G7
Bendera negara G7

LONDON– Tiongkok tersinggung. Itu terjadi karena kelompok negara-negara G7 membuat program untuk menyaingi proyek jalur sutra baru mereka atau Belt and Road Initiative (BRI). Harapannya, program G7 yang diberi nama Build Back Better World (B3W) bisa memblokir dominasi Tiongkok.

Juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok di London mengungkapkan bahwa mereka yakin setiap negara setara. Terlepas dari mereka adalah negara kecil atau besar, kuat atau lemah, kaya atau miskin. Urusan global seharusnya ditangani melalui pembicaraan dengan semua negara. ’’Hari-hari ketika keputusan global didikte oleh sekelompok kecil negara telah lama berlalu,’’ tegas juru bicara tersebut.

Tiongkok memang mulai bangkit lagi sebagai kekuatan global. Hal itu dianggap sebagai peristiwa geopolitik yang paling signifikan akhir-akhir ini. Karena itulah, negara-negara anggota G7 yang terdiri atas Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Italia, Prancis, dan Jepang mencari cara untuk menekan kebangkitan ekonomi dan militer Tiongkok, yang melonjak terus selama 40 tahun terakhir.

BRI merupakan kebijakan luar negeri dan ekonomi pemerintah Tiongkok yang paling ambisius. Ia merupakan strategi pembangunan infrastruktur global yang dilakukan sejak 2013 guna memperkuat pengaruh ekonomi Tiongkok. BRI terdiri atas jalur sutra ekonomi darat dan maritim. Ia menghubungkan Asia, Afrika, Oseania, dan Eropa dengan berbagai infrastruktur yang dibangun.

Tiongkok berhasil membangun jalur kereta api terpanjang di dunia yang menghubungkan Tiongkok ke Eropa. Itu menjadi peluang bisnis bagi perusahaan-perusahaan di sepanjang jalur tersebut. Beijing bahkan sampai mendirikan lembaga keuangan multilateral baru, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), untuk mendukung BRI.

Program BRI sempat dikritik karena membebani beberapa negara dengan utang. Negara-negara Afrika adalah yang paling tercekik dengan utang jangka panjang yang diberikan Tiongkok. AS menyebut BRI sebagai diplomasi utang.

G7 menawarkan program serupa lewat B3W. Tapi, versi mereka, program B3W itu lebih istimewa. Sebab, kemitraan yang ditawarkan berbasis penghargaan, memiliki standar tinggi, dan transparan. Sayangnya, detail terkait bagaimana nanti pendanaan program B3W itu belum diungkap secara jelas.

Kanselir Jerman Angela Merkel seperti dilansir BBC mengungkapkan bahwa G7 belum sampai pada tahap untuk memberikan pembiayaan. Dengan kata lain, untuk bisa sampai ke tahap seperti BRI, B3W masih jauh.

AS dan sekutunya memang mati-matian bekerja sama untuk menghalangi Tiongkok berkuasa. Awal tahun ini AS, Uni Eropa, Inggris, dan Kanada menjatuhkan sanksi yang terkoordinasi pada Tiongkok. Di antaranya, larangan perjalanan dan pembekuan aset milik pejabat senior Tiongkok di Xinjiang. Mereka adalah orang-orang yang diyakini telah melakukan pelanggaran HAM serius pada warga minoritas muslim Uighur.

Perubahan iklim dan pandemi juga menjadi pembahasan dalam pertemuan selama tiga hari di Cornwall itu. Mereka berjanji menghindari pemakaian pembangkit batu bara, kecuali mereka memiliki teknologi yang bisa menangkap emisi karbon. Tiongkok menjadi negara tertinggi penggunaan batu bara secara global. Selanjutnya disusul India dan AS. G7 berkomitmen agar kenaikan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius.

Inggris meluncurkan program Blue Planet Fund yang bertujuan melindungi lautan dan kehidupan bawah laut serta mengurangi kemiskinan. Negara-negara yang dibantu, antara lain, Ghana, Indonesia, dan negara-negara di kepulauan Pasifik. Blue Planet Fund yang didanai GBP 500 juta atau setara Rp 10,02 triliun itu akan menangani penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, melindungi dan memulihkan ekosistem pesisir seperti bakau dan terumbu karang, serta mengurangi polusi laut.

Sementara untuk urusan pandemi, mereka akan membuat deklarasi. Isi deklarasi itu, antara lain, memangkas waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan melisensi vaksin Covid-19. Termasuk perawatan dan diagnosis penyakit apa pun pada masa depan agar hanya menjadi di bawah 100 hari. (sha/c7/bay)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X