BALIKPAPAN – Surat Edaran Wali Kota Balikpapan Nomor 300/1978/Pem membuat pembatasan tempat wisata. Aktivitas harus terhenti pada akhir pekan, Sabtu-Minggu, dan libur nasional. Ini jelas berdampak pada jumlah pengunjung. Apalagi objek wisata kerap ramai pada akhir pekan.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Dortje Marpaung mengatakan, keputusan ini harus diambil sebagai bentuk antisipasi lonjakan kasus. Pertimbangan agar tidak muncul klaster baru, apalagi pasca-Lebaran. “Tapi, aturan ini masih bisa berubah terus, kita lihat situasi,” katanya.
Dia mencontohkan total pengunjung di Pantai Segara Sari Manggar. Akibat Covid-19, pengunjung objek wisata di Balikpapan Timur ini memang turun bebas. Sebelum pandemi, rata-rata pengunjung bisa mencapai 4 ribu orang per hari. Khususnya pada weekend dan peak season.
“Kalau sekarang sampai seribu orang saja tidak ada, paling banyak 800 orang per hari. Jadi, hanya sepertiga dari kondisi normal,” bebernya. Apalagi kondisi sekarang tempat wisata terbatas, beroperasi hanya selama weekday. Namun, harus tutup pada akhir pekan dan libur nasional.
Dortje menyebutkan, kondisi terbaik pencapaian pendapat asli daerah (PAD) terjadi pada awal 2020. Kala itu, pandemi belum melanda terlihat selama Januari–Maret 2020, pengunjung begitu banyak. Mengingat libur panjang Natal dan tahun baru. “Triwulan 1 2020 mendongkrak PAD bisa hampir Rp 3 miliar,” tuturnya.
Setelah ada pandemi, segala aktivitas masyarakat termasuk objek wisata tutup sementara. Hal ini berdampak pada capaian PAD dari wisata dan venue olahraga yang terjun bebas. Hingga kini, masuk triwulan II baru mencapai Rp 800 juta. “Kalau hingga akhir tahun kondisi masih seperti ini, capaian PAD tidak sampai Rp 2 miliar,” ucapnya.
Pihaknya telah memiliki rencana untuk mempersiapkan wisata virtual sebagai terobosan baru dalam pandemi. Bagaimana mengajak calon pelancong menikmati objek wisata Balikpapan secara daring dulu. Namun dia mengakui, hal ini tidak mudah karena masyarakat tidak terbiasa.
Dia bercerita, belum banyak daerah yang sukses mengajak masyarakat wisata virtual. Sebab, kembali pada sulit mengubah kebiasaan masyarakat.
“Mereka tetap ingin menikmati wisata secara langsung,” imbuhnya. Walau sudah ada daerah yang mencoba konsep wisata virtual, jumlahnya belum begitu besar. Sehingga, belum dianggap pencapaian yang signifikan. (gel/ms/k15)