Direstorasi Belanda, Film Tjoet Nja’ Dhien Layak Dilestarikan

- Minggu, 6 Juni 2021 | 12:50 WIB

Kisah perjuangan para pahlawan demi mempertahankan Tanah Air memang sudah selayaknya diabadikan. Entah melalui buku, pelajaran sejarah di sekolah, monumen, nama jalan, atau karya yang dapat dinikmati banyak orang.

 

SHAFA NADIA-AGFI SAGITIAN, Jakarta

KEMERDEKAAN Indonesia setelah dijajah ratusan tahun, tidak lepas dari perjuangan para pahlawan nasional. Bermodalkan tekad, keberanian, dan senjata-senjata tradisional, mereka mampu mengusir para penjajah dengan caranya sendiri.

Tercatat, ada lebih dari 180 pahlawan nasional dari berbagai daerah di Indonesia. Keterbatasan senjata yang dimiliki pada masa itu, tidak menciutkan semangat patriotisme menjaga tanah kelahiran. 

Bukan cuma laki-laki, kaum hawa pada masa itu juga turut bergerilya melawan penjajah bersenjata lengkap lagi modern. Di Aceh, ada Cut Nyak Dhien, salah seorang yang memimpin perang melawan Belanda pada 1873 silam.

Sosoknya yang sederhana dan bernyali singa berhasil mencuri perhatian sutradara Eros Djarot. Dan, mempunyai tempat tersendiri di hatinya. Perjalanan hidup Cut Nyak Dhien diangkat menjadi sebuah film dengan judul Tjoet Nja’ Dhien pada 1988 silam.

"Beliau begitu sangat teguh dan perjuangannya. Seseorang yang pantang menyerah," kata Eros saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (31/5). Lebih dari itu, dia memandang Cut Nyak Dhien adalah figur yang mampu mengangkat harkat dan martabat kaum hawa.

Menepis eksistensi tugas perempuan yang kerap dipojokkan dengan urusan rumah, terutama kasur dan dapur. Cut Nyak Dhien berhasil membuktikan bahwa perempuan juga pantas menjadi pemimpin.

Tentunya ada maksud lain mengapa Eros memilih mengangkat kisah perempuan yang lahir di Aceh pada 1848 lalu itu. Dia berharap, perempuan-perempuan Indonesia bisa mengikuti jejaknya. "Jangan mau dijadikan sebagai objek saja, tapi juga jadi subjek," tegasnya.

Film tersebut dibintangi aktor dan aktris kelas atas pada zamannya seperti Christine Hakim, Piet Burnama, Rudy Wowor, Slamet Rahardjo, Rohihan Anwar, dan masih banyak lagi. Juga, diproduseri Alwin Abdullah, Alwin Arifin, dan Sugeng Djarot.

Eros menceritakan, penggarapan film berdurasi 150 menit itu melalui proses panjang dan tidak mudah. Bila sejatinya para aktris atau aktor yang terlibat dibayar dengan jumlah besar, namun tidak dengan para pemain utama film Cut Nyak Dhien ini. Mereka justru rela bekerja tanpa dibayar.

Christiane punya alasan tersendiri mengapa dirinya mau menerima tawaran tersebut. Dia bermain film tersebut saat dirinya masih berusia 28 tahun. "Betapa bodohnya saya kalau menolak, karena ini kesempatan untuk belajar. Bukan tantangan sebagai seorang pemain, tapi sebagai seorang Indonesia," jelas Christine.

Eros mengakui saat itu pihaknya memang tengah bermasalah dengan biaya. Bahkan, beberapa pemain utama dan kru turut menjadi penyumbang dan pencari dana demi rampungnya film yang sangat dibanggakan itu.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X