Pilih Al-Qur’an atau Pancasila?

- Minggu, 6 Juni 2021 | 12:02 WIB

Oleh; Bambang Iswanto

Dosen UIN Sultan Aji Muhammad Idris

 

Mungkin tidak banyak yang tahu, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) tingkat Provinsi Kalimantan Timur sebentar lagi digelar di Bontang. Wajar saja peristiwa tahunan ini tidak banyak yang tahu. Karena memang tak menjadi trending topik berita cetak dan daring.

Suasana semarak penyambutan event “rohani” ini juga tidak seingar bingar peristiwa perlombaan olahraga. Gaung olahraga biasanya jauh hari sudah terbahas di pemberitaan-pemberitaan. Persiapan penyelenggaraan dan tuan rumah sudah dibahas detail. Memakan biaya berapa, venue apa yang sudah dibangun, hotel dan penginapan mana saja yang akan dipersiapkan untuk menyambut duta-duta olahraga dari berbagai daerah.

Demikian juga dengan persiapan para atletnya, terpantau beberapa bulan sebelumnya. Bagaimana para atlet mempersiapkan diri. Berapa jam latihan, jenis latihan fisik apa yang dijalankan, bahkan sampai menu apa yang harus disantap untuk menjaga kondisi atlet agar tetap prima sampai lomba digelar.

Bagaimana dengan MTQ? Membandingkan event olahraga dengan MTQ sangat jauh. Istilah guyonannya antara langit dan sumur, bukan lagi antara langit dan bumi. Dalam hal berita tentang persiapan tuan rumah saja misalnya. Selain daerah yang menjadi tuan rumah, semaraknya seperti denyut nadi yang hampir tak terlihat. Persiapan tuan rumah baru diberitakan menjelang perlombaan, seperti hal yang tidak perlu di-trending-kan dan diberitakan.

Tidak beda dengan persiapan peserta lombanya. Jika persiapan atlet terkabar secara detail dan terang benderang, berita tentang persiapan peserta MTQ samar-samar bahkan hampir tak terlihat. Padahal yang mereka lakukan tidak kalah “berdarah-darahnya”.

Peserta tilawah misalnya, mereka harus melatih suara jauh-jauh hari agar bisa terdengar merdu. Tidak jarang harus pantang memakan dan meminum jenis makanan dan minuman tertentu selama berbulan-bulan. Hanya untuk bisa tampil prima dalam waktu sekian menit saja.

Demikian juga peserta hifzhil Qur’an (menghafal Al-Qur’an). Setiap hari mereka harus mengulang-ngulang tanpa mengenal bosan agar ayat-ayat Al-Qur’an menempel dalam benak dan tidak terlewat ketika lomba.

Sama halnya dengan peserta lomba menulis karya tulis ilmiah Al-Qur’an yang sudah menyiapkan tulisan sesuai tema yang diusung. Mencari referensi yang otoritatif dan merangkai kata-kata yang argumentatif untuk menghasilkan karya yang siap disajikan ketika lomba dilaksanakan. Begitu pula dengan bidang lomba lain dari MTQ seperti Khattul Qur’an (kaligrafi), Fahmil Qur’an, Syarhil Qur’an, dan Tafsir Qur’an.

Saya mencoba berpikir, apakah karena Al-Qur’an bukan menjadi hal yang perlu diprioritaskan sehingga wajar banyak orang yang tidak kenal apalagi paham Al-Qur’an.

Contoh yang paling dekat, begitu konyolnya ada orang yang membuat soal ujian tes wawasan kebangsaan di KPK jauh dari semangat yang dikandung dalam Al-Qur’an.

SESAT DAN MENYESATKAN

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X