Minim Konflik setelah Konservasi Orang Utan

- Jumat, 4 Juni 2021 | 09:51 WIB

SALAH satu perusahaan yang menerapkan konservasi orang utan adalah Triputra Agro Persada Group. Diterangkan CEO Region Kaltim 3 Triputra Agro Persada Group Joko Minto Cahyono, pihaknya sudah memulai upaya konservasi orang utan sejak 2014. "Di mana kami melakukan kajian identifikasi dan inventarisasi kawasan bernilai konservasi tinggi, di dalam konsesi perkebunan kami. Termasuk di dalamnya identifikasi kawasan-kawasan yang bersifat penting bagi keberadaan populasi orang utan," terangnya.

Lalu, pada 2018, perusahaan juga menginisiasi program pengelolaan populasi orang utan bekerja sama dengan peneliti dari Ecology and Conservation Center for Tropical Studies.

Program tersebut menetapkan areal hutan Mayong Merapun di PT Yudha Wahana Abadi dan PT General Aura Semari, sebagai pilot project Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati) di perkebunan kelapa sawit untuk melindungi habitat populasi orang utan dan satwa liar dilindungi lainnya.

Setahun kemudian, perusahaan juga membentuk Satuan Tugas Mitigasi Konflik Satwa Liar. Tugas utama tim ini adalah melakukan tindakan preventif, serta mitigatif terhadap konflik satwa liar yang mungkin terjadi. Termasuk serangan orang utan terhadap tanaman kelapa sawit. Tim Satgas tersebut tersertifikasi melalui training yang diberikan oleh Tim Ecositrop, Balitek KSDA serta Pusdiklat Kehutanan Samarinda. Joko menambahkan, pada prinsipnya hubungan perkebunan atau aktivitas manusia dengan satwa liar sangat penting.

"Kami percaya dan berkomitmen terhadap upaya mitigasi konflik spesies orang utan. Dapat dicapai dengan menjaga hutan yang menjadi habitat orang utan di dalam konsesi perkebunan kelapa sawit milik perusahaan. Dengan tetap terjaganya keberadaan hutan yang ada, akan memberikan cover and shelter serta ketersediaan pakan yang menjamin keberlangsungan kehidupan populasi tersebut," bebernya.

Meski begitu, upaya konservasi yang dilakukan, juga ada tantangannya. Joko menjelaskan, tekanan dan ancaman dari faktor eksternal merupakan salah satu tantangan yang harus mereka hadapi di lapangan. Beragam bentuk ancaman dari pihak eksternal. Seperti pembukaan lahan untuk perladangan serta kebakaran lahan dan hutan. Sampai saat ini, sebut dia, hal itu merupakan tantangan yang masih harus dihadapi perusahaan dalam upaya konservasi orang utan di dalam konsesinya.

"Perusahaan akan terus berupaya untuk memberikan penyadartahuan kepada karyawan dan masyarakat sekitar serta melakukan patroli konservasi rutin untuk meminimalisasi tekanan dan ancaman dari faktor eksternal," tegasnya. Sebab, perusahaan ini sudah merasakan manfaat konservasi. Mereka menyebut, dampak utama yang perusahaan rasakan adalah harmoni antara satwa liar dengan operasional perkebunan sawit milik perusahaan dan sangat membanggakan.

Melihat kelestarian populasi satwa liar serta berbagai varietas flora yang terdapat dalam areal nilai konservasi tinggi. Selain itu, keberadaan areal konservasi juga memberikan dampak positif berupa sarana penelitian, edukasi dan ekowisata kehutanan bagi karyawan dan masyarakat sekitar pada umumnya.

Masyarakat sekitar juga sangat menghargai keberadaan area konservasi ini. Karena melindungi sumber air dan sekaligus menjaga plasma nutfah tanaman obat yang diperlukan masyarakat. "Saat ini pemerintah juga mulai memberikan respons positif terhadap upaya-upaya konservasi yang dilakukan perusahaan. Melalui penghargaan di level daerah maupun level nasional. Keberadaan konservasi di perkebunan kelapa sawit juga menjadi salah satu pilar utama dalam iklim investasi saat ini. Pengakuan terhadap upaya konservasi yang telah diimplementasikan oleh perusahaan menjadi salah satu konsideran utama bagi investasi perkebunan kelapa sawit saat ini," paparnya.

 Perusahaan yang dia kelola, yaitu PT Yudha Wahana Abadi (YWA) dan PT General Aura Semari (GAS),  merupakan anak perusahaan dari Triputra Agro Persada Group yang bergerak di bidang perkebunan dan perdagangan produk kelapa sawit dan karet yang berdiri pada 2004 dan 2003. Secara hak guna usaha (HGU) lokasi kedua PT tersebut terletak di Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kaltim. Total Luas tertanam di PT YWA dan GAS termasuk plasma sekitar 8.500 hektare dengan luas areal konservasi untuk PT YWA sekira 300 hektare. Serta di PT GAS kurang lebih 600 hektare.

Misi perusahaan ini diakui adalah mengembangkan perkebunan ramah lingkungan yang mampu memperbaiki taraf kehidupan orang banyak. Mereka pun sudah diganjar berbagai penghargaan. Seperti Pembelajaran Terbaik dalam Manajemen Areal Konservasi Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit oleh Dinas Perkebunan Berau. Serta masuk nominasi penghargaan Hari Keanekaragaman Hayati Nasional 2021. (nyc/riz/k15)

 

 

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X