Para pasien cukup membayar dengan bibit pohon, kompos, kerajinan, atau membantu penyemaian. Seorang dokter dari Amerika Serikat mendirikannya setelah seorang warga setempat terluka di tangan dan fasilitas kesehatan begitu jauh untuk diakses.
HERIYANTO, Sukadana, Jawa Pos
LUKA di tangan kanan itu tidak besar sebenarnya. Tapi, Tadin takut sekali.
”Tangan kanan itu tumpuan Pak Tadin untuk bekerja di hutan. Kalau sampai ada apa-apa, keluarganya tak bisa hidup,” kenang Kinari Webb, kawan Tadin, kepada Pontianak Post.
Kinari seorang dokter asal Amerika Serikat. Dia berada di kawasan sekitar Taman Nasional Gunung Palung di Kayong Utara, Kalimantan Barat (Kalbar), itu untuk meneliti.
Dia tentu ikut cemas melihat kondisi Tadin. Apalagi, kawannya tersebut belum pernah disuntik tetanus. Belasan tahun silam itu, fasilitas kesehatan memang demikian sulit dijangkau kampung di kabupaten yang berjarak 5–10 jam perjalanan laut atau sungai dari Pontianak, ibu kota Kalbar, tersebut.
Tapi, ada hikmah di balik musibah. Kejadian tersebut mendorong Kinari menginisiasi klinik dengan kearifan lokal yang tak hanya menjaga kesehatan warga, tapi juga turut merawat kondisi hutan.
*
”Inilah tabungan saya,” kata Jono Karno sembari menunjukkan sejumlah bibit pohon di pekarangan rumahnya.
Pontianak Post mampir ke rumah di Desa Sedahan Jaya, Kecamatan Sukadana, Kayong Utara, itu setelah bertemu dengan pria 40 tahun tersebut di Klinik Asri bulan lalu. Tampak beragam bibit ada di sana. Mulai tanaman keras seperti belian sampai buah-buahan semacam durian.
Bibit-bibit itulah ”asuransi” kesehatan Jono dan keluarga. Tiap kali berobat ke Klinik Asri, dengan bibit-bibit tersebut dia membayar.