Kesukaannya di bidang sains, membuat Kimberly Natanie Yohansyah menikmati momen belajarnya. Sains adalah sahabat baginya, bukan menjadi momok. Deretan piagam pun jadi ganjarannya.
NOFIYATUL CHALIMAH, Samarinda
UMURNYA baru 12 tahun. Tetapi, belasan piagam di bidang sains sudah berhasil direbut. Keberhasilannya tak hanya di tingkat nasional. Tetapi juga di kancah internasional. Perempuan yang lahir di Samarinda pada 5 April 2009 itu menghabiskan pendidikan dasar di SD Kristen Sunodia.
Anak pasangan Edy Yohansyah dan Viensca Viorynsia itu baru saja mendapat medali perak dalam gelaran Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary and Secondary School (ASMOPSS) 2021. ASMOPSS adalah ajang olimpiade sains dan matematika tingkat SD dan SMP. Lomba itu diikuti oleh enam negara di Asia Tenggara yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Kamboja, dan Vietnam.
“Di lomba ini terdiri dari dua kategori yaitu individu dan kelompok. Untuk satu tim terdiri dari empat orang. Yakni dua anak matematika dan dua anak sains. Untuk individu peserta khusus mengerjakan bidang matematika atau sains. Tapi untuk grup, soal yang diberikan gabungan antara sains dan matematika khusus untuk final internasional, soalnya menggunakan bahasa Inggris,” jelas Edy Yohansyah, ayah Kimberly.
Untuk sampai di titik final, Kimberly harus melewati beberapa tahapan seleksi. Dia memerincikan, misal tahap satu, ialah seleksi nasional. Dalam seleksi itu, Kimberly mengikuti seleksi dan dipilih 24 anak untuk selanjutnya mengikut seleksi internasional.
Lalu, dari 24 orang itu, disaring lagi. Pada tahap dua, adalah seleksi internasional di mana dari 24 peserta akan diambil hanya enam orang. Nah, enam orang itulah yang akan mewakili Indonesia untuk bertanding di final internasional ASMOPSS melawan lima negara Asia Tenggara lainnya. “Kimberly termasuk salah satu dari enam peserta yang mewakili Indonesia di bidang matematika SD,” sambung Edy.
Namun, lomba kali ini berbeda dari lomba yang pernah diikuti sebelumnya oleh Kimberly. Karena pandemi, lomba semuanya dilakukan secara online via Zoom untuk pengawasannya.
Hal itu pun memiliki kesulitan tersendiri. Sebab, lombanya online maka diperlukan beberapa perangkat untuk mengerjakan soal, serta media pengawasan. Selain itu, di persiapan juga jadi tantangan. Misal untuk bimbingan biasanya dilakukan secara langsung dan intensif selama sepekan. Tetapi berhubung pandemi jadi bimbingan dilakukan secara online via Zoom sebanyak tiga kali pertemuan dengan durasi 2 jam setiap pertemuan. Tetapi, ASMOPSS bukanlah keberhasilan pertama Kimberly.
Sekitar 18 medali yang sudah pernah diraih Kimberly. Edy memerincikan, Kimberly mendapat medali perunggu di Kompetisi Sains Nasional Matematika Tingkat Nasional SD 2020. Lalu, meraih medali emas lomba Hong Kong International Mathematical Olympiad (HKIMO) dan medali emas lomba Southeast Asian Mathematical Olympiad (SEAMO) Kelas 3, 4, 5.
Dia juga mendapat medali perak lomba Asia International Mathematical Olympiad (AIMO) kelas 3 dan emas kelas 4 serta 5. Kimberly juga merupakan peraih medali emas lomba Singapore and Asian Schools Math Olympiad (SASMO) kelas 3, 4, 5.
Tak ketinggalan, peraih medali perak Thailand International Mathematical Olympiad (TIMO) kelas 3 dan emas kelas 4 dan 5. Dia juga peraih medali emas Asian Science and Mathematical Olympiad (ASMO) kelas 2 dan 4.