RDMP Balikpapan Ditinggal Calon Mitra

- Rabu, 2 Juni 2021 | 12:59 WIB
Proyek RDMP di Balikpapan.
Proyek RDMP di Balikpapan.

BALIKPAPAN - Pertamina (Persero) kembali kehilangan calon mitra untuk penyelesaian proyek pengembangan kilangnya, tepatnya di proyek perluasan kilang Balikpapan atau Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, Kaltim. Tahun lalu, perseroan juga mengungkapkan rencana kerja sama dengan salah satu calon mitra untuk RDMP Cilacap, yakni Saudi Aramco batal.

Kabar kurang sedap ini diungkapkan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam rapat dengar pendapat (RDP) di DPR, Senin (31/5). Ketika ditanya Wakil Ketua Komisi VII DPR Eddy Soeparno perihal mitra di kilang Balikpapan. Dalam rapat tersebut, Eddy meminta konfirmasi terkait kabar dua calon investor Pertamina yang mundur dari proyek RDMP Balikpapan.

"Dua investor Pertamina pull out dari refinery (Balikpapan), sejauh mana dampaknya pada pembangunan ini," tanya Eddy. Nicke menjelaskan, bahwa proses pemilihan mitra untuk RDMP Kilang Balikpapan awalnya sudah mengarah pada GIC Private Limited Ltd asal Singapura dan Mubadala asal Uni Emirat Arab (UEA).

“Sebelumnya, dari proses pemilihan partner investasi di RDMP Balikpapan, sudah mengerucut ke GIC dan Mubadala," jelasnya. Namun di dalam perkembangannya, ada hal yang belum disepakati. Nicke menyebut, secara informal di antara dua calon partner ini ada yang menyatakan mundur. Namun, dia tidak menyampaikan secara detail perusahaan mana yang berniat mundur. "Yang satu masih berlanjut kok," lanjutnya.

Ditambahkan Nicke, pihaknya saat ini sedang melakukan penjajakan dengan lembaga pengelola investasi Indonesia atau (Indonesia Investment Authority/INA). Sehingga, mundurnya salah satu calon mitra dinilai tak menjadi penghambat pengembangan proyek ini.

"INA nanti juga akan masuk ke RDMP Balikpapan. Kami buka komunikasi dengan INA soal ini. Tentu kami berharap dampak secara informal mundurnya salah satu (calon mitra) ini enggak menghambat," ungkapnya.

Dia menyebut porsi dari partner ini pun juga tidak terlalu besar. "Kemarin itu porsi equity yang kita buka USD 500 juta-1 miliar. Jadi, yang kemarin itu USD 500 juta ya. Kita buka kan, terus pembahasan pertama USD 500 juta," tuturnya.

Sementara itu, Pertamina berencana memangkas total kapasitas proyek-proyek kilang yang tengah dilaksanakan menjadi sebesar 1,42 juta barel per hari (bph). Revisi kapasitas dilakukan menyusul disrupsi yang terjadi di mana pengembangan ke depan bakal terfokus pada mobil listrik dan energi baru terbarukan (EBT).

"Kami review lagi dengan pemerintah. Electric vehicle dan new renewable energy (NRE) jadi fokus pemerintah, maka Pertamina melakukan alignment. Maka program kilang tadinya dobel kapasitas 1 juta barel ke 2 juta maka kami revisi. 1 juta maka direvisi 1,425 juta bph," beber Nicke.

Adapun, rinciannya tambahan 425 ribu bph ini nantinya berasal dari proyek grass root refinery (GRR) Tuban sebesar 300 ribu bph, sisanya 100 bph dari Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan dan dari kilang Balongan sebesar 25 ribu bph.

Pjs Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, sepanjang 2020-2024, Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor energi sedang menjalankan 14 proyek strategis nasional (PSN) dan 300 proyek investasi lainnya di sektor hulu, hilir dan energi bersih terbarukan dengan total anggaran hingga USD 92 miliar.

Selain itu, terdapat beberapa rencana proyek strategis Pertamina dalam rangka unlock value untuk mengoptimalisasi nilai Pertamina Group. Adapun pendanaan untuk proyek tersebut berasal dari internal maupun eksternal. Beberapa proyek tersebut disebutnya berpeluang mendapatkan pendanaan dari INA. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X