Sempat Terpikir, kalau Separah Ini dan Berlanjut, Apa Saya Kuat

- Jumat, 28 Mei 2021 | 13:22 WIB
Achmad Mujtaba
Achmad Mujtaba

Tidak semua penjuru India seseram gambaran tentang mayat-mayat bergeletakan atau dihanyutkan di sungai. WNI yang di Mumbai maupun New Delhi menangkap kesan keseriusan pemerintah setempat memerangi gelombang kedua pandemi Covid-19.

 

TAUFIQURRAHMAN-DINDA JUWITA, Jakarta, Jawa Pos

 

INDIA hari-hari ini diidentikkan dengan gambar dan video seram. Tentang mayat-mayat yang dibiarkan menggeletak di halaman rumah sakit, misalnya. Atau, jenazah-jenazah yang sengaja dihanyutkan di Sungai Gangga.

Tapi, Ahmad Mujtaba meluruskan bahwa tidak semua penjuru India seseram itu. Di Mumbai tempatnya tinggal dan menempuh studi selama dua tahun terakhir, misalnya, semua korban meninggal akibat gelombang kedua pandemi Covid-19 tertangani dengan baik di berbagai rumah sakit.

”Pusat-pusat kremasi itu tidak ada di sini,” katanya ketika dihubungi Jawa Pos melalui WhatsApp dari Jakarta pekan lalu.

Padahal, Mumbai adalah kota tempat awal berkecamuknya gelombang kedua Covid-19 di India. Toh, warga kota yang menjadi pusat bisnis, industri, gaya hidup, dan dunia hiburan Bollywood ini, setidaknya sampai ketika Jawa Pos mengontak Mujtaba, masih cukup bebas beraktivitas.

Pemerintah setempat menerapkan karantina wilayah. Senin sampai Jumat warga boleh keluar rumah untuk berbelanja sembako dan kebutuhan mendesak lain. Waktunya dibatasi mulai pukul 09.00 hingga 11.00. ”Sementara Sabtu-Minggu lockdown total, kecuali sektor esensial,” ujar pria yang tengah memasuki tahap akhir studi di Magister of Social Work Mumbai University tersebut.

Warga juga masih bisa hilir mudik. Namun, hanya dalam satu distrik. Tidak boleh menyeberang ke distrik lain.

Tapi, bukan berarti gelombang kematian yang menyesaki ruang-ruang kremasi tersebut tidak ada. Rata-rata kematian massal itu terjadi di ibu kota New Delhi. Bahkan, soal mayat-mayat yang dibiarkan begitu saja di lembah Sungai Gangga itu pun benar adanya.

Banyak keluarga miskin yang tidak mampu membiayai pemakaman. ”Seperti kremasi, itu biayanya sekitar 5.000 rupee atau kalau dirupiahkan sekitar Rp 1 juta. Sehingga mereka memilih dibiarkan saja di Sungai Gangga,” tutur pria 25 tahun asal Sumenep, Madura, tersebut.

Pemerintah India juga melakukan perlawanan besar-besaran dengan membangun jumbo isolation center berkapasitas ribuan tempat tidur serta pusat-pusat penyimpanan oksigen yang bisa menyuplai ribuan liter ke rumah-rumah sakit yang membutuhkan. Terutama di Negara Bagian Maharashtra yang memiliki dua kota dengan kasus terbanyak: Mumbai dan Delhi.

KJRI juga kerap menelepon satu per satu WNI di Mumbai. Menanyakan kabar mereka. ”Kami juga dikirimi bantuan logistik berupa sembako beberapa kali,” katanya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X