Peritel Atur Ulang Prioritas Bisnis

- Kamis, 27 Mei 2021 | 11:20 WIB

JAKARTA– Ketidakpastian ekonomi global menekan industri ritel. Untuk bangkit, para peritel harus bertransformasi. Mereka mengalibrasi ulang fokus bisnis dan melahirkan inovasi-inovasi baru. Salah satu langkahnya adalah mengurangi jumlah gerai agar lebih berkonsentrasi memulihkan kinerja.

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) memilih berfokus pada pertumbuhan IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket. Secara bertahap, seluruh gerai Giant bakal berhenti beroperasi pada akhir Juli. Sebagian lainnya dialihfungsikan menjadi gerai dengan brand lain yang masih di bawah Hero.

”Ini bagian dari fokus baru perseroan. Lima gerai Giant akan menjadi IKEA. Sebagian besar gerai lainnya akan tutup,” ujar Direktur Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo (25/5).

Dia menjelaskan, perseroan juga sedang mempertimbangkan perubahan sejumlah gerai menjadi Hero Supermarket di luar lima gerai yang menjadi IKEA. Perubahan strategi itu menjadi respons cepat dan tepat Hero terhadap perubahan dinamika pasar. Terlebih, consumer behaviour berubah dalam beberapa tahun terakhir. ”Rencana ini diharapkan memberikan dampak positif terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha perseroan,” tegasnya.

Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall menyatakan, IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket lebih potensial tumbuh tinggi. ”Kami terus beradaptasi dengan dinamika pasar dan tren pelanggan. Termasuk menurunnya popularitas format hipermarket di Indonesia. Ini tren yang juga terlihat di pasar global,” paparnya.

Hero menargetkan pertambahan gerai IKEA sebanyak empat kali lipat dari jumlah yang ada pada 2020. Penambahan itu ditargetkan rampung dalam dua tahun ke depan. Selain itu, Hero bakal membuka 100 gerai Guardian baru hingga akhir 2022.

Selain Hero, peritel yang juga sedang berinovasi adalah Kenangan Group. Peritel dengan core bisnis kopi grab and go itu memperkenalkan kafe dine in. ”Kami terus belajar dan riset kemauan customer. Tren bergerak ke arah mana, ke situ inovasi kami dorong,” kata CEO & Co-founder Kenangan Group Edward Tirtanata.

Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menilai bahwa kemampuan bertahan pelaku industri ritel berbanding lurus dengan kecepatan pemerintah dalam memberikan relaksasi. ”Ritel modern itu tempat terciptanya konsumsi rumah tangga. Dan, konsumsi rumah tangga merupakan pembentuk PDB nasional sebesar 57,6 persen,” ungkap Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey.

Roy berharap sektor ritel mendapatkan insentif seperti yang dijanjikan pemerintah. Ritel pun perlu dipandang sebagai sektor prioritas. ”Ritel modern ini harus buka setiap hari setelah rumah sakit. Kami memenuhi kebutuhan masyarakat, tapi justru tidak masuk dalam prioritas,” tandasnya. (agf/c14/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Ekonomi Bulungan Tumbuh 4,60 Persen

Kamis, 28 Maret 2024 | 13:30 WIB

2024 Konsumsi Minyak Sawit Diprediksi Meningkat

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:21 WIB
X