Doakan Pandemi Segera Berakhir

- Kamis, 27 Mei 2021 | 11:01 WIB

KALI ini menjadi tahun kedua perayaan Waisak dalam suasana pandemi. Umat Buddha sementara terbatas untuk bisa beribadah langsung di wihara. Seperti di Mahavihara Buddhamanggala Balikpapan, umat mengikuti proses ibadah hari raya secara virtual.

Pengurus Harian Mahavihara Buddhamanggala Rimba Darmawan mengatakan, perayaan Waisak kurang lebih sama dengan tahun lalu. Mengingat situasi masih dilewati dalam masa pandemi. Semenjak Covid-19 melanda Kota Minyak, Maret 2020, Mahavira Buddhamanggala menutup aktivitas untuk tamu umum.

Ibadah setiap pekan disiarkan melalui layanan streaming. Sehingga puja bakti tetap berjalan, perbedaannya dilakukan secara daring. “Kalau ada umat datang paling banyak tujuh orang. Sisanya melihat tayangan di akun YouTube channel Mahavihara Buddhamanggala dan media sosial,” ungkapnya.

Sementara untuk Waisak, mereka yang datang langsung ke wihara terbatas hanya untuk pengurus. Mereka yang mengoperasikan keperluan siaran langsung di media sosial. Total pengurus sekitar 8-15 orang. Berkaca pada Waisak tahun lalu, pihaknya memperbolehkan umat untuk datang ke wihara.

Namun terbatas maksimal 30 orang. “Tapi, itu juga tidak ada yang datang. Mereka memilih streaming saja dan mengikuti anjuran pemerintah,” tuturnya. Rimba menyebutkan, tahun ini diberlakukan hal yang sama. Pihaknya tetap membuka kesempatan bagi umat yang ingin hadir langsung ke wihara.

“Tetap dengan kapasitas 30 orang, lebih dari itu kita tutup. Mereka perlu daftar dulu sebelum datang,” sebutnya. Dia bercerita, tak sedikit umat yang datang. Bahkan dari luar kota ingin berkunjung. Namun, terpaksa mereka tidak bisa masuk karena ketentuan harus tutup selama pandemi.

“Selama pandemi, tidak buka untuk umum dulu. Padahal mereka ini umat kita juga. Tapi, bagaimana pun kita harus menjaga,” ucapnya. Tak ada aktivitas ibadah langsung, pihaknya juga memanfaatkan momen ini untuk merenovasi candi. Ada pun total keseluruhan umat Mahavihara Buddhamanggala berkisar 500 orang.

Sementara itu, persiapan Waisak tidak begitu banyak karena rangkaian acara tidak seperti biasa. Akibat pandemi hanya menggelar ibadah utama. Pihaknya melakukan bersih-bersih dan menghias altar sejak Senin (24/5). “Berbeda kalau dulu ada pertunjukan teatrikal atau acara di depan candi,” imbuhnya.

Sesuai jadwal, proses ibadah mulai berjalan Rabu (26/5) sore, awalnya dengan puja bakti sekitar pukul 16.00 Wita. Kemudian Dhammadesana seperti khotbah. “Terakhir meditasi kami paskan dekat dengan detik-detik Waisak pukul 18.30 Wita,” ujarnya. Apalagi yang spesial, peringatan Waisak tahun ini bersamaan super-blood moon.

“Semoga fenomena alam ini membawa dampak kebaikan untuk seluruh umat. Pandemi cepat berakhir,” harapnya. Setidaknya proses ibadah berlangsung selama dua jam. Setelah meditasi selesai, maka proses ibadah pun sudah rampung. Rangkaian kegiatan lain terpaksa ditiadakan untuk menaati protokol kesehatan.

Meski begitu, pengurus wihara juga telah menggelar bakti sosial (baksos) sebagai perayaan menyambut Waisak. Ada bantuan untuk masyarakat sekitar wihara dan warga pesisir pantai di Balikpapan Permai. “Kami taruh barang di meja, warga datang ambil pakai protokol kesehatan,” ujarnya. Serta ada pula baksos menyambut Idulfitri untuk warga wilayah Samboja, Kutai Kartanegara.

Dalam perayaan Waisak tahun ini, Mahavihara Buddhamanggala mengangkat tema Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa. Kepala Vihara Buddhamanggala YM Sri Subhapañño Mahathera berpesan, Trisuci Waisak merupakan momen mengenang tiga peristiwa penting dalam kehidupan Guru Agung Buddha Gautama.

“Diingatkan kembali akan keteladanan Guru Agung Sang Buddha Gautama,” ujarnya. Bagaimana sosoknya merupakan Pangeran Sidharta. Seorang putra mahkota yang tidak pernah hidup dalam kesulitan duniawi, namun memilih menjalani hidup sendiri meninggalkan istana, keluarga, hingga tahta.

Tujuannya amat mulia didasarkan oleh kecintaannya pada orang banyak atau masyarakat. Demi mencari cara agar menyelesaikan masalah, kala itu terbebas dari penderitaan. Justru karena bentuk kecintaan Sang Guru Agung Buddha Gautama, dia rela menjalani hidup berbeda.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X