Sudah sebulan akses Jembatan Mahkota II ditutup. Hingga kini, keputusan terkait dibuka kembali arus lalu lintas masih menunggu surat resmi dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
SAMARINDA–Ditutupnya jembatan itu setelah adanya abrasi di bibir Sungai Mahakam. Tepatnya pada proyek pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kalhol yang berada tak jauh dari Jembatan Mahkota II. Setelah abrasi, pylon jembatan segmen Palaran dikabarkan mengalami pergeseran.
Kabar tentang pembukaan arus lalu lintas semakin terdengar. Namun, hingga kini belum tahu kapan pastinya. Kepala Dinas PUPR Samarinda Hero Mardanus menuturkan, jika Jembatan Mahkota II kembali dilintasi, bisa jadi akan diberlakukan pembatasan kendaraan. Hanya kendaraan ringan yang dapat melintas di jembatan sepanjang 1,4 kilometer itu. Sedangkan kendaraan bertonase besar tetap tidak diperkenankan melintas.
"Nunggu suratnya untuk dibuka. Intinya positif, dalam waktu dekat akan dibuka. Kalau dibuka ya masih kendaraan ringan, bukan truk," ungkap Hero.
Terkait konstruksi jembatan, saat ini masih dalam kategori aman. Namun, untuk kepastian lebih perinci masih menunggu alat uji crack atau pengukuran keretakan. Alat tersebut untuk memastikan cape pile pylon tujuh jembatan. "Ya itu ada satu yang diperiksa lagi, yang ada crack, di pylon ketujuh itu diperiksa," jelasnya.
Pengecekan konstruksi jembatan juga dilakukan PT Nindya Karya, kontraktor pelaksana proyek IPA Kalhol. Kepada Kaltim Post, Rensi selaku penanggung jawab PT Nindya Karya menuturkan, pengecekan sudah dilakukan jauh hari sebelumnya.
"Kami ada BM atau titik patokan untuk pengukuran di bangunan milik BWS. Titik itu sudah ada sebelum insiden, sebelum kami mulai pengerjaan fisik," ungkap Rensi. Dari pengukuran yang dilakukan, tidak ada pergeseran yang terjadi. Namun, dia tidak bisa memastikan terkait kondisinya lebih detail.
"Jadi dari pengecekan berkala kami dengan metode pengecekan yang sama sebelumnya, itu tidak ada pergerakan. Tapi soal informasi adanya pergerakan (pylon) itu memang nanti ada beberapa metode lagi untuk mastikan lebih rinci. Kalau kami sifatnya bantu pengecekan saja, karena kami ada patokan sebelumnya memulai pengerjaan," jelasnya.
Selain ikut melakukan pengecekan konstruksi jembatan, PT Nindya Karya diminta untuk melakukan langkah antisipasi abrasi bibir sungai. "Sementara masih berjalan seperti kemarin, cuma area saja yang bertambah, seperti bukit yang di-cover plastik. Tapi untuk item pengerjaannya sama," imbuh dia.
Untuk penanganan jangka panjang, hingga kini masih menanti hasil pembahasan terkait metode yang digunakan. Kemungkinan metode penanganan longsor akan diketahui bulan depan.
"Pengambilan data primer sudah semua, tinggal pengolahan tanah di laboratorium. Estimasi akhir bulan ini sudah selesai. Sisanya tinggal tim ahli yang tentukan treatment apa yang digunakan. Kemungkinan bulan depan sudah ada hasilnya, karena analisisnya data itu kan tidak lama, kurang lebih 7–10 hari," kuncinya. (*/dad/dra/k8)