Bambang Iswanto
Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda
DALAM kondisi Palestina dibombardir dan dianiaya oleh Pemerintah Israel, masih ada saja nyinyiran terhadap negara itu. Bukan empati, doa, dan bantuan diupayakan untuk mengurangi penderitaan rakyat Palestina, justru sindiran yang keluar dari jari dan mulut “pesakitan” kemanusiaan itu.
Bukan merupakan fitrah manusia, sinis apalagi senang terhadap penderitaan dan kesulitan sesamanya. Jika terjadi demikian, maka jati dirinya sebagai manusia perlu dipertanyakan. Jikapun tidak bisa berempati dan membantu, diam lebih baik untuk tidak menambah kesedihan orang yang menderita.
Rakyat Palestina selama beberapa dekade terus menderita dan dianiaya oleh Israel. Penderitaan lahir batin mereka rasakan dari agresor Israel. Ribuan nyawa warga Palestina melayang karena mempertahankan kedaulatan dari rampasan negeri Zionis. Perempuan dan anak-anak yang tak berdosa sering jadi sasaran peluru maut.
Konflik yang tak berkesudahan selalu memosisikan Palestina seperti tak berdaya sama sekali. Israel dan Amerika Serikat sebagai pendukung dan sekutunya senantiasa “menang” dalam melawan tekanan masyarakat internasional. Tidak pernah ada sanksi dari masyarakat dunia atas kejahatan kemanusiaan internasional yang dilakukan Israel.
Perlakuan terbalik 180 derajat terjadi kepada negara lain yang bukan sahabat baik Amerika Serikat dan sekutunya. Amerika Serikat siap menurunkan pasukannya untuk menumpas negara bukan “konconya” yang dianggap melakukan kejahatan internasional. Amerika dengan sukacita menghukum dan memerangi negara bukan sekutunya yang dianggap melakukan kejahatan perang seperti Irak, Iran, Libya, dan negara-negara lain.
Atas nama kejahatan perang dan pelanggaran HAM berat, negara-negara tersebut diembargo dan diperangi sampai berkeping. Padahal tidak sulit menebak, bukan itu yang menjadi alasan utamanya. Tetapi lebih kepada motif dan kepentingan ekonomi yang didapat setelah agresi ke negara-negara sumber minyak tersebut.
Sejahat apapun dan pelanggaran HAM paling berat pun tidak akan membuka mata Amerika. Amerika tetap bersikukuh mengatakan Israel tidak bersalah, dan hanya mempertahankan diri dari serangan Palestina. Dan Amerika siap membela Israel dari tekanan dan sanksi yang diberikan oleh negara lain. Amerika selalu mengeluarkan hak vetonya untuk menggagalkan upaya negara lain memberikan sanksi dalam organisasi dunia PBB.
Jika pun seluruh anggota tetap dan tidak tetap dewan keamanan PBB memberikan sanksi, Amerika selalu berhasil menggagalkan dengan mengeluarkan kartu truf hak vetonya. Amerika bersifat hipokrit dan memiliki standar ganda dalam menyikapi pelanggaran HAM dan kejahatan perang. Lembek dan melempem terhadap Israel, di sisi lain garang dan ganas terhadap negara lain.
Tidak ada logika dan akal sehat yang bisa menerima Palestina sebagai pihak yang salah dan Israel yang benar dalam konflik Israel-Palestina. Korban ribuan jiwa warga Palestina melayang sejak keinginan warga Yahudi di seluruh dunia mendirikan Israel di Timur Tengah.
Data per Rabu 19 Mei 2021 yang didapat dari berbagai sumber media menunjukkan, sebanyak 219 jiwa warga Palestina gugur. Sekitar 63 di antaranya adalah anak-anak. Dikabarkan 1.500-an orang menderita luka karena serangan militer Israel.