Banjir di Berau Ancam Pasokan Pangan Kaltim

- Kamis, 20 Mei 2021 | 18:30 WIB
Kabupaten Berau tengah dikepung banjir. Empat kecamatan mulai dari Segah, Kelay, Teluk Bayur, hingga Sambaliung terendam.
Kabupaten Berau tengah dikepung banjir. Empat kecamatan mulai dari Segah, Kelay, Teluk Bayur, hingga Sambaliung terendam.

SAMARINDA–Kabupaten Berau tengah dikepung banjir. Empat kecamatan mulai dari Segah, Kelay, Teluk Bayur, hingga Sambaliung terendam. Tidak hanya menimbulkan kerugian harta benda penduduk, banjir di kabupaten ini berpotensi mengganggu pasokan komoditas hortikultura satu hingga dua bulan ke depan.

Banjir sudah merendam sebagian Berau sejak Lebaran, Kamis (13/5) lalu. Membuat ribuan jiwa di belasan kampung di empat kecamatan jadi korban. Meluapnya Sungai Segah dan Sungai Kelay, juga membuat tanggul salah satu perusahaan tambang batu bara jebol pada Minggu (16/5). Sehingga membuat banjir makin parah. Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim Siti Farisyah Yana mengatakan, empat kecamatan meliputi 15 kampung yang terkena banjir, merupakan wilayah sentra pertanian Kabupaten Berau.

Dia menjelaskan, sebelum banjir melanda tanaman padi umumnya telah panen, sehingga komoditas pangan pokok masyarakat ini terselamatkan. Namun, lahan komoditas hortikultura dilaporkan para penyuluh pertanian, dalam kondisi perkiraan mati seluruhnya. Sebab, lebih dari tiga hari terendam.

"Kemungkinan lebih dari separuh pasokan hortikultura lokal akan terganggu dalam 1–2 bulan ke depan," ungkap Yana.

Karena terkendalanya akses dan banjir belum surut, Yana mengakui sampai saat ini belum dilakukan tindakan untuk lahan terdampak. Meski begitu, tetap ada opsi darurat lain. "Selain merelokasi dan mempercepat beberapa rencana tanam komoditas bantuan," ujarnya. Bencana banjir di Berau kali ini adalah yang terbesar dalam kurun 20 tahun terakhir. Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, lebih dari dua ribu kepala keluarga jadi korban. Bencana ini, disebut Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim Pradarma Rupang tak lepas dari alam Berau yang leluasa dikeruk tambang.

Meluapnya Sungai Kelay serta Sungai Segah oleh Pemkab Berau disebut-sebut sebagai banjir tahunan yang kerap dialami warga. "Pemerintah tampak bersembunyi di balik narasi fenomena alam yang normal dan terjadi sepanjang tahun, tetapi abai dengan sejumlah fakta penting ihwal kerusakan bentang alam, terutama alih fungsi lahan menjadi konsesi tambang batu bara di kawasan hulu, serta sepanjang daerah aliran sungai," jelas Rupang.

Dari data yang dihimpun Jatam, total ada 94 konsesi tambang batu bara. Terdiri 93 IUP dan satu PKP2B. Lanjut dia, terdapat 20 konsesi tambang batu bara yang berada di sisi Sungai Segah dan Sungai Kelay. Dari jumlah tersebut, tujuh konsesi tambang di antaranya berada di hulu Sungai Kelay. Jatam Kaltim menduga bahwa praktik penambangan di hulu Sungai Kelay dan Sungai Segah menjadi biang kerok pemicu banjir yang terjadi beberapa tahun ini di Kabupaten Berau.

"Dari total 94 izin tambang di Berau, terdapat 16 perusahaan tambang yang telah melakukan penambangan. Namun, daya rusaknya sudah sangat parah, apalagi jika seluruh perusahaan tambang itu beroperasi," jelasnya.

Kemudian, sepanjang 2020–2021, terdapat 11 lokasi tambang ilegal yang beroperasi di Kabupaten Berau, semua terkonsentrasi di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tanjung Redeb, Teluk Bayur, dan Kecamatan Gunung Tabur. Belum lagi perusahaan yang memiliki izin tetapi tidak beroperasi sesuai aturan.

Misalnya, lubang tambang perusahaan yang tanggul tambangnya jebol, jarak tepi void dengan Sungai Kelay hanya kurang lebih 400 meter. Padahal, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 04 Tahun 2012 mensyaratkan batas minimal jarak adalah 500 meter. "Tidak hanya itu, sebagian besar konsesi-konsesi tambang yang diterbitkan pemerintah telah melanggar Perda Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kaltim Nomor 1 Tahun 2016 yang menyatakan jarak minimal tambang dengan permukiman adalah 1 kilometer," tegas Pradarma.

Sementara itu, Gubernur Kaltim Isran Noor memberi tanggapan soal banjir di Berau. Dia menyebut, curah hujan tinggi, membuat banjir besar terjadi di kabupaten tersebut. "Curah hujan tinggi, jadi dia (air) apa saja yang dia tubruk, dia terobos, termasuk bendungan," ucapnya. Dia menambahkan, banyak daerah di Kaltim juga memang rentan banjir sejak zaman dulu. Sehingga, menurutnya banjir bukanlah hal yang baru bagi Kaltim. Maka dari itu, pemetaan daerah rawan banjir pun disebut tetap dilakukan. (nyc/riz/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X