WA Dibajak, Panggilan Robot, sampai Orderan Fiktif Gojek

- Rabu, 19 Mei 2021 | 13:22 WIB
Narasumber dan moderator dalam Diskusi ICW.
Narasumber dan moderator dalam Diskusi ICW.

Berbarengan dengan dihelatnya diskusi daring tentang pelemahan KPK, peneliti ICW, mantan pimpinan KPK, sampai pengacara LBH mendapatkan beragam teror. Ada yang sampai harus ditemani ibu untuk memberikan penjelasan kepada para driver ojek online yang mengantarkan pesanan fiktif pizza, nasi padang, sampai seblak.

 

AGUS DWI PRASETYO, Jakarta, Jawa Pos

 

AWALNYA, diskusi beberapa eks pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu berjalan lancar. Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Nisa Zonzoa selaku moderator membuka acara dan memperkenalkan satu per satu narasumber yang hadir: Agus Rahardjo, Saut Situmorang, Adnan Pandu Praja, M. Jasin, Busyro Muqqodas, dan Bambang Widjojanto. Setelah perkenalan, Nisa kemudian memberikan kesempatan kepada Agus untuk menjadi pembicara pertama dalam diskusi via Zoom yang disiarkan di kanal YouTube Sahabat ICW tersebut.

Namun, tak sampai 5 menit, suara Agus tiba-tiba menghilang. Nisa lantas memastikan bahwa Agus tak menekan tombol unmute. Suara mantan ketua KPK itu pun kembali muncul. Beberapa menit kemudian, suara Agus hilang dan muncul lagi. Situasi tersebut terjadi berkali-kali. Tepatnya sekitar 7 menit, Agus seperti baru menyadari bahwa ada yang tak beres. Dia lantas meminta Nisa mengoper diskusi ke narsum lain. ”Mungkin itu saja pesan saya, supaya yang lain punya kesempatan,” kata Agus dalam diskusi Senin siang (17/5) itu.

Setelah Agus, giliran Saut Situmorang yang diberi kesempatan untuk berbicara. Baru beberapa menit, suara eks wakil ketua KPK tersebut juga hilang. Agus yang lebih dulu mengalami hal serupa langsung menimpali. ”Ini selalu begitu, Pak Saut. Unmute lagi, Pak Saut,” ujar Agus. Nisa juga ikut menimpali. ”Ini kasusnya sama dengan Pak Agus tadi.”

Suara putus nyambung itu hanya berlangsung beberapa menit. Selebihnya, suara Saut terdengar lancar. Namun, Nisa yang menyadari ada yang ganjil dalam diskusi tersebut langsung mengambil langkah antisipatif. Selepas Saut selesai memberikan tanggapan, Nisa meminta para narasumber menyalakan kamera. ”Karena potensi penyusupan ada nih,” celetuk Saut.

Bukan hanya suara putus nyambung, diskusi berjudul Menelisik Pelemahan KPK Melalui Pemberhentian 75 Pegawai itu juga terganggu dengan masuknya akun palsu. Salah satunya menggunakan nama bekas Ketua KPK Abraham Samad. Parahnya, akun tersebut sempat memutar video porno saat diskusi berlangsung. ”Cepat-cepat langsung kami take out,” ujar Nisa kepada Jawa Pos kemarin (18/5).

Upaya penyusupan itu tak hanya sekali terjadi. Sejak diskusi dibuka pukul 13.00, ada banyak akun tak dikenal yang berkali-kali berusaha masuk. Nisa mengungkapkan, lebih dari satu jam akun-akun yang tak jelas tersebut mencoba ikut nimbrung. ”Link Zoom itu tidak kami bagikan ke siapa pun, hanya ke para narsum,” tegas perempuan berjilbab tersebut.

Gangguan-gangguan itu sejatinya terdeteksi sebelum diskusi dimulai. Setengah jam sebelum Zoom dibuka, Nisa mendapat informasi bahwa ada beberapa peneliti di ICW yang mengalami upaya peretasan sekitar pukul 12.00. Salah satunya dialami peneliti ICW Egi Primayoga. Egi yang kali pertama melaporkan bahwa akun WhatsApp (WA) miliknya telah diretas dan tak bisa dikendalikan.

Mendengar kasak-kusuk tersebut, Nisa yang tengah sibuk mengurus persiapan diskusi virtual jarak jauh sekali waktu menyempatkan diri mengecek akun media sosial (medsos) miliknya. Terutama WA dan Telegram. ”Ketika acara mulai, saya sambil ngecek HP, jaga-jaga kalau Telegram saya dijebol atau WA saya dibajak,” ungkapnya.

Pada pukul 13.53, peretasan yang dialami pengurus ICW itu pun menimpa Nisa. Saat diskusi masih berjalan, dia menerima notifikasi percobaan masuk dengan meminta kode verifikasi Telegram. Selang satu menit, Nisa menerima pesan di Telegram yang berisi permintaan mengatur ulang akun Telegram dengan mengeklik tautan yang dikirim. Batas waktu reset akun itu tertulis tujuh hari. Nisa pun mengikuti arahan pesan tersebut. Dia mengeklik tautan tersebut dengan harapan ada sandi sekali pakai atau one-time password (OTP) yang dikirim Telegram via pesan singkat seluler. Namun, kode OTP itu tak kunjung dia terima. ”Rupanya, nomor saya juga diretas sehingga nggak bisa terima SMS dan telepon,” jelasnya.

Tak berselang lama, Nisa kembali menerima notifikasi. Kali ini pemberitahuan berasal dari akun surat elektronik (surel) yang dia pakai untuk akun Zoom. Pesan itu berisi percobaan masuk dari perangkat (device) lain. Cepat-cepat dia menjawab NO. ”Nggak lama saya dapat notifikasi di e-mail lagi bahwa ada yang mengubah PIN (personal identification number) Tokopedia,” terangnya.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X