KETERSEDIAAN akses telekomunikasi di kawasan pedalaman menjadi pekerjaan rumah Pemprov Kaltim. Dalam laman resmi pemprov, pada 2019 ada 271 desa tak bersinyal alias blank spot. Paling banyak berada di Kutai Barat. Jumlahnya 86 desa.
Akses yang susah membuat pembangunan jaringan ke kawasan tersebut terhambat. Opsi agar daerah-daerah tersebut bisa menikmati mudahnya bertelekomunikasi, salah satunya dengan menggunakan VSAT. Dengan begitu, warga desa yang semula tanpa sinyal bisa berkomunikasi. Hingga mendorong geliat ekonomi serta perkembangan desa mereka.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kaltim M Faisal mengatakan, opsi paling memungkinkan saat ini adalah antena VSAT lewat satelit. VSAT merupakan singkatan dari Very Small Aperture Terminal. Alat komunikasi ini berupa antena berbentuk piringan berdiameter kurang dari 3 meter yang akan menangkap sinyal. Meski begitu, biaya yang dikeluarkan tiap bulannya untuk satu VSAT dianggap cukup mahal. Mencapai belasan juta rupiah.
Meski begitu, Faisal bersyukur karena tahun lalu pemerintah pusat telah membantu 11 desa blank spot dengan VSAT. "Di 2021, tim dari Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) Kaltim dan Tim Gubernur Untuk Pengawalan, Percepatan Pembangunan (TGUP3) Provinsi Kalimantan Timur sudah sepakat untuk membantu aksesibilitas di desa blank spot. Alhamdulillah kita enggak usah teriak-teriak ke pusat. Tapi provinsi sudah membantu. Nanti bersama-sama ke kabupaten/kota," jelas Faisal.
Berdasarkan data Diskominfo Kaltim yang diminta dari masing-masing daerah, 27,18 persen kawasan masih blank spot. Selain VSAT, ada dua opsi lain untuk membangun jaringan seperti jaringan kabel dan seluler. "Di mana ini memungkinkan untuk dilakukan di Kaltim, untuk mengatasi permasalahan blank spot," jelasnya. Maka dari itu, lanjut dia, pemprov terus berupaya membangun bidang telekomunikasi, terutama di daerah-daerah yang belum terjangkau akses telekomunikasi.
Gubernur telah memprogramkan dan mengajukan usulan pembangunan menara telekomunikasi/BTS (base transceiver station). “Masih ada daerah blank spot. Tolong buatkan surat usulan pembangunan BTS ke Kemenkominfo. Nanti surat usulan saya bawa sendiri ke Menkominfo Johnny Gerard Plate,” kata Isran Noor. Dia menyebut, pemprov telah membangun menara telekomunikasi di wilayah perbatasan, pedalaman, dan pesisir serta pulau terluar.
Diakuinya, salah satu faktor yang membuat sebuah desa bisa maju adalah fasilitas. Di Kaltim sendiri, masih ada empat desa yang tergolong sangat tertinggal. Desa tersebut berada di Kutai Barat dan Mahakam Ulu. Lalu, ada 128 desa masih tertinggal. Target pemprov pada 2023, tak ada lagi desa di Kaltim yang tertinggal. Setidaknya, paling rendah adalah desa berkembang. Maka dari itu, untuk memajukan sebuah desa perlu kerja sama berbagai pihak.
Mulai peningkatan akses, penyambungan listrik, sarana komunikasi, peningkatan kualitas sekolah, hingga layanan kesehatan. Dengan begitu, desa-desa tertinggal tersebut, bisa berbenah dan bersaing dengan yang lainnya. Apalagi, masyarakat di desa tertinggal umumnya bekerja sebagai petani. Sehingga, mereka membutuhkan akses yang baik untuk memasarkan produknya dan fasilitas desa yang mumpuni untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas produknya. (nyc/riz/k8)
