Gasifikasi Batu Bara Tekan Impor LPG

- Senin, 17 Mei 2021 | 11:40 WIB

JAKARTA– Proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, berlanjut. Pemerintah bertujuan mengurangi ketergantungan pada impor liquefied petroleum gas (LPG) melalui gasifikasi. Proyek itu juga diharapkan bisa memangkas subsidi LPG pemerintah.

PT Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan Air Products & Chemical Inc (APCI) meneken amandemen perjanjian kerja sama dan perjanjian pengolahan DME. Penandatanganan berlangsung virtual di Jakarta dan Los Angeles beberapa waktu lalu. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan bahwa proyek strategis nasional (PSN) tersebut akan berlangsung selama 20 tahun. Lokasinya di Tanjung Enim.

Erick menyatakan bahwa proyek itu akan mendatangkan investasi asing dari APCI. Nominalnya berkisar USD 2,1 miliar atau setara dengan Rp 30 triliun. Dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek tersebut dapat menghasilkan 1,4 juta DME. Itu bisa mengurangi impor LPG hingga 1 juta ton per tahun.

”Proyek ini diharapkan memberi multiplier effect. Antara lain menarik investasi asing. Selain itu adalah memberdayakan industri nasional dengan penyerapan tenaga kerja lokal dan penerapan standar TKDN,” papar Erick.

Pemerintah mendukung penuh proyek gasifikasi karena dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Gasifikasi juga menghemat cadangan devisa dan menyerap tenaga kerja. ”Kerja sama ini merupakan wujud dari eratnya hubungan ekonomi Indonesia dan Amerika Serikat,” jelasnya.

Gasifikasi batu bara punya nilai tambah langsung terhadap perekonomian nasional secara makro. ”Kerja sama gasifikasi batu bara bisa menghemat cadangan devisa hingga Rp 9,7 triliun per tahun dan menyerap 10 ribu tenaga kerja,” lanjut Erick.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa energi transisi, green energy, dan circular energy adalah prioritas pemerintah. ”Pertamina sebagai BUMN telah memformulasikan kembali strategi yang sejalan dengan arahan untuk mencapai penurunan 41 persen carbon emission pada 2030,” terangnya.

Pertamina juga memahami bahwa pengembangan dan produksi DME berkaitan dengan isu lingkungan. Karena itu, Pertamina akan menjalankan proyek DME secara paralel dengan proyek carbon capture, utilization and storage (CCUS). Dengan demikian, emisi karbon dapat ditekan hingga 45 persen.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Suryo Eko Hadianto mengaku siap bekerja keras untuk segera merealisasikan proyek. ”Kami percaya penandatanganan ini merupakan lompatan signifikan dalam perkembangan kerja sama proyek. Kami optimistis proyek ini berjalan tepat waktu,” ujarnya. (dee/c9/hep)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Transaksi SPKLU Naik Lima Kali Lipat

Jumat, 19 April 2024 | 10:45 WIB

Pusat Data Tingkatkan Permintaan Kawasan Industri

Jumat, 19 April 2024 | 09:55 WIB

Suzuki Indonesia Recall 448 Unit Jimny 3-Door

Jumat, 19 April 2024 | 08:49 WIB

Libur Idulfitri Dongkrak Kinerja Kafe-Restoran

Kamis, 18 April 2024 | 10:30 WIB

Harga CPO Naik Ikut Mengerek Sawit

Kamis, 18 April 2024 | 07:55 WIB
X