Berharap Okupansi Bangkit setelah Idulfitri

- Senin, 17 Mei 2021 | 11:13 WIB
ilustrasi
ilustrasi

Larangan mudik antarkota menjadi bencana baru bagi dunia pariwisata. Harapan terjadinya lonjakan kunjungan dari wisatawan lokal sirna. Justru okupansi atau tingkat hunian hotel berbintang di Kaltim terjun bebas saat Idulfitri.

SAMARINDA - Humas Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Kaltim Armunanto Somalinggi mengatakan, larangan mudik Idulfitri pada 6-17 Mei 2021 berdampak besar pada industri pariwisata. Biasanya Idulfitri dijadikan momentum berlibur bersama keluarga, namun larangan bepergian bersamaan dengan ditutupnya jalur antarkota dan kabupaten membuat kebiasaan itu hilang.

“Begitu juga dengan perhotelan, dampak adanya penyekatan dan larangan mudik yang diberlakukan secara ketat membuat tingkat hunian industri perhotelan terjun bebas. Ini membuat bisnis perhotelan makin terpukul karena adanya pandemi Covid-19,” tuturnya, Minggu (16/5).

Armunanto mengungkapkan, okupansi hotel di Kaltim kembali menurun tajam sebelum masuk Ramadan setelah tingkat okupansi sempat mengalami kenaikan 40-60 persen. Pada momen tersebut tingkat hunian hanya berkisar 20 persen karena penyekatan serentak sebagai bentuk larangan mudik.

Selama bulan puasa industri perhotelan mengalami siklus tahunan low session, yaitu momen di mana tingkat hunian hotel umumnya menurun setiap tahunnya dan tahun ini ditambah lagi dengan larangan mudik membuat angka kunjungan tamu lintas daerah menurun drastis.

“Untuk tetap mendukung sektor pariwisata saat larangan mudik, masyarakat bisa memilih destinasi yang sama dengan rumah (staycation) namun tetap menerapkan protokol yang ketat,” ujar wakil ketua satu Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samarinda ini.

Praktisi pariwisata Kaltim ini mengatakan, staycation di hotel dalam kota di tengah larangan mudik menjadi harapan bagi dunia perhotelan. Prediksi positif terhadap larangan mudik tersebut sudah menjadi harapan besar bagi pelaku pariwisata, untuk segera bangkit dari keterpurukan.

Namun hal itu harus bersamaan dengan pemerintah yang seyogianya memberikan dukungan dan kemudahan kepada industri pariwisata, yaitu dengan membuka antarkota dalam provinsi dan dibarengi dengan penerapan protokol kesehatan. Sebab, saat ini pelaku wisata sendiri kesulitan untuk menutup biaya operasional karena sepinya pengunjung akibat dampak penyekatan dan pembatasan.

“Seharusnya, dengan tetap membuka jalur antarkota dalam provinsi dengan memerhatikan penerapan protokol kesehatan. Ini tentu akan berdampak juga pada sektor lainnya secara global, adanya fasilitas yang saling menunjang, akomodasi yang akan meningkatkan hunian hotel, ketersediaan transportasi ke destinasi wisata, juga tidak ketinggalan kuliner, suvenir, dan usaha mikro lainnya,” bebernya.

Sejalan dengan tujuan Kemenparekraf untuk mendukung terciptanya pariwisata yang berkelanjutan (tourism sustainable), yaitu pariwisata yang memerhatikan dampak terhadap lingkungan, sosial, budaya, ekonomi untuk masa kini dan masa depan bagi masyarakat lokal dan wisatawan di Bumi Etam.

“Kita berharap tingkat hunian hotel di Kaltim akan kembali normal setelah Lebaran, karena saat ini penyekatan dan pelarangan mudik yang dilakukan pemerintah tentunya harus kita dukung untuk memutus rantai penyebaran Covid-19,” ungkapnya.

Sekarang pihaknya tidak bisa hanya fokus keluar dari krisis pandemi, namun juga harus dibarengi dengan menyiapkan strategi bertahan dan peluang pulihnya bisnis hotel. Pada tahun ini, industri hotel sudah harus tahu bahwa perilaku konsumen dan kebutuhan konsumen sudah berubah, sehingga bisnis model dan kompetisi pun berubah. Dengan adanya pandemi, membuat semua perusahaan memiliki waktu yang sama untuk melakukan strategi baru. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kontribusi BUM Desa di Kalbar Masih Minim

Kamis, 25 April 2024 | 13:30 WIB

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB
X