STRATOLAUNCH Roc, pesawat terbesar di dunia kembali mengudara pekan lalu. Sebelumnya burung besi itu sempat dua tahun “mati suri” dan berpindah kepemilikan dari tangan pembuatnya, mendiang pendiri Microsoft, Paul Allen.
Punya bobot 226,7 ton dengan bentang sayap mencapai 117 meter, Stratolaunch Roc lepas landas dari Mojave Air and Space Port di Mojave, California, Amerika Serikat, Kamis (29/4). Itu adalah uji terbang yang kedua, setelah terakhir kali dilakukan pada April 2019.
Dikutip dari Reuters kemarin (10/5), uji terbang Stratolaunch Roc dinyatakan berhasil setelah mengitari wilayah Mojave selama tiga jam 14 menit. Stratolaunch Roc mencapai ketinggian maksimum 14.000 kaki (4.267 meter) dan kecepatan tertinggi 119 mph (320 kph) selama pengujian tersebut.
“Kami sangat senang dengan kinerja pesawat Stratolaunch ini. Kami sama-sama bersemangat tentang seberapa dekat pesawat ini untuk meluncurkan kendaraan supersonik pertamanya,” ujar Kepala Operasi Stratolaunch Roc Zachary Krevor.
Burung besi itu terbilang unik, karena mempunyai dua fuselage dan dirancang untuk menembus ketinggian tertentu untuk melepas roket ke luar angkasa. Itu memang niat awal pembuatan pesawat tersebut. Kini, Stratolaunch Roc dimanfaatkan untuk melepaskan pesawat supersonik.
Perusahaan Stratolaunch Roc saat ini tengah mengembangkan pesawat supersonik berukuran 8,5 meter yang dinamakannya Talon-A.
Peluncuran Talon-A menggunakan Stratolaunch Roc tentunya tidak dalam waktu dekat ini. Sebab, pesawat terbesar dunia itu perlu melakukan penerbangan solo tambahan lagi hingga dinyatakan siap. Jika semua berjalan sesuai rencana, peluncuran Talon-A akan dilakukan awal tahun depan.
Untuk diketahui, setelah melakukan uji terbang perdana, Stratolaunch Roc malah dijual. Perusahaan induknya, Vulcan, memasang harga USD 400 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun. Vulcan adalah konglomerasi investasi milik Paul Allen, pendiri Microsoft yang meninggal tahun lalu. (rom2/k8)