Tren Hampers dan Parsel, Sarana Jalin Komunikasi Rekatkan Hubungan

- Senin, 10 Mei 2021 | 10:23 WIB
Annisa Wahyuni
Annisa Wahyuni

Lesunya ekonomi ketika pandemi ternyata tidak terlalu berdampak pada bisnis parsel dan hampers. Permintaan justru naik signifikan dibanding sebelum Covid-19 mewabah. Saling berkirim bingkisan adalah bentuk lain silaturahmi. Menjaga jalinan komunikasi.

 

SELAIN komunikasi virtual berupa video call atau media video teleconference lainnya, salah satu yang jadi tren yakni melonjaknya permintaan hampers dan parsel. Kegiatan tatap muka yang terbatas menjadikan pola komunikasi yang khas saat Lebaran jadi bergeser.

“Tren komunikasi virtual dan berkirim barang itu kan booming karena pandemi. Sementara pandemi membuat kita terbatas ruang untuk berkomunikasi. Terbatas untuk saling keep in touch, terbatas secara fisik,” ujarnya Annisa Wahyuni Arsyad, dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unmul.

Lebih lanjut, Annisa mengatakan jika orang Indonesia kental dengan budaya guyub. Budaya silaturahmi dan kumpul-kumpul. Kekeluargaan nan kuat, ada keinginan untuk selalu bersama dengan orang lain.

“Kalau kita kaji dari konteks komunikasi interpersonal (komunikasi antar-pribadi), kan manusia itu makhluk sosial. Pasti butuh orang lain, butuh teman, butuh keluarga, dan butuh pasangan. Intinya butuh orang di sekitarnya,” lanjut dia.

Disebutkan bahwa komunikasi interpersonal jadi terbatas. Tidak bisa dilakukan secara tatap muka. Akhirnya menimbulkan rindu. Meski teknologi canggih, pada dasarnya Annisa mengatakan tentu ingin tetap berkomunikasi face to face.

Dan faktanya, hal itu tak bisa dilakukan. “Nah masalahnya, ada kualitas komunikasi interpersonal yang mesti harus terus terjaga. Ketika kita sudah lama tidak bertemu orang, pasti terasa asing. Dengan teknologi, termasuk dengan berkirim bingkisan itu tujuannya untuk mempertahankan dan menjaga hubungan agar tetap berkualitas,” beber dosen pengampu mata kuliah Psikologi Komunikasi itu.

Kemudian, ketika pandemi tingkat kecemasan meningkat. Berlebihan. Dampaknya tentu pada hubungan. Annisa mengambil contoh yakni seseorang yang tiba-tiba bertamu, apalagi kondisi dalam pandemi yang diwajibkan menjaga jarak dengan imbauan lebih baik di rumah saja.

“Pasti khawatir, apalagi misal orangnya jaga kesehatan banget. Walaupun sama-sama sadar, penting untuk menjaga hubungan. Ingin tetap bertemu pada dasarnya. Nah karena enggak bisa, solusinya dengan hampers atau parsel,” lanjut dia.

Maksudnya yakni menumbuhkan saling percaya di antara orang yang berkomunikasi. Di satu sisi, Annisa menyebut jika ada perasaan bahwa penerima bingkisan merasa dihargai. “Ternyata temanku perhatian ya, ternyata aku diingat. Walaupun yang diberi simpel dan hal kecil, itu tetap berarti dalam konteks menjaga hubungan,” bebernya.

Meski tak bisa kehadiran dalam bentuk fisik, namun bingkisan hadir dalam bentuk psikis. Semacam simbol non-verbal tentang bentuk kehadiran. Bentuk non-verbal bahwa menyayangi. “Tujuannya menjaga hubungan baik. Intimasi atau kedekatan terjaga, ada ikatan komunikasi. Saya melihat sebagai sarana komunikasi untuk sementara ini cukup menarik dan cukup efektif selama pandemi,” kata Annisa.

Setidaknya jadi solusi di tengah kondisi pandemi. Walau diakui Annisa, teknologi yang berkembang pesat saat ini tetap tidak bisa menggantikan kualitas komunikasi interpersonal. Secanggih apapun aplikasi atau media, tidak bisa menggantikan pelibatan emosi dalam komunikasi tatap muka.

Sebab bagaimanapun, sebagai makhluk sosial manusia tetap membutuhkan sesamanya. Perihal menjaga kualitas hubungan itulah yang penting. Apalagi dalam kondisi serba-terbatas untuk sarana komunikasi langsung.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB

Komedian Babe Cabita Meninggal Dunia

Selasa, 9 April 2024 | 09:57 WIB
X