SAMARINDA–Perayaan malam takbir resmi dilarang oleh Pemkot Samarinda. Pernyataan tersebut disampaikan Asisten I Sekkot Samarinda Tejo Sutarnoto setelah rapat bersama FKPD, Jumat (7/5).
Selain itu, bagi kecamatan yang tidak berstatus zona merah bisa menggelar salat Id berjamaah dengan protokol kesehatan yang ketat. Tejo Sutarnoto mengatakan, rapat tersebut dihadiri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda, serta Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Disebutkan bahwa kegiatan konvoi kendaraan pada malam menjelang Idulfitri lebih banyak sisi mudarat, termasuk berpotensi menimbulkan kecelakaan baik dari aktivitas konvoi itu sendiri maupun kembang api yang acap mengisi keriuhan malam takbiran.
“Beberapa tahun lalu pemkot bahkan menggelar lomba untuk memeriahkan malam takbiran. Di masa pandemi ini, sejak tahun lalu sudah tidak berlaku. Semua demi menekan angka penyebaran Covid-19. Lebih baik bermuhasabah di rumah saja,” ucapnya.
Nantinya, tim gabungan dari Satpol PP, TNI, dan Polri akan melakukan penjagaan di beberapa ruas jalan yang berpotensi terjadi kerumunan, misalnya Jalan Lambung Mangkurat. Ketika ada kendaraan yang ngotot maka petugas akan mengamankan ke markas, baru setelah Lebaran bisa diambil.
“Kami tidak mau kecolongan seperti sebelumnya. Harapan masyarakat bisa menaati. Sementara masih melihat apakah perlu dibuatkan surat edaran baru, atau cukup yang sebelumnya terkait ini,” ujarnya.
Sementara tentang pelaksanaan salat Id, sesuai informasi dari Kementerian Agama pusat, pada kecamatan berstatus selain zona merah boleh menggelar. Tetapi protokol kesehatan harus ketat, antara lain jumlah peserta maksimal 50 persen dari kapasitas masjid atau lapangan, menyiapkan tempat-tempat mencuci tangan, menempatkan petugas pengukuran suhu di pintu masuk dan lainnya.
“Tetapi tetap diimbau untuk salat di rumah. Demi keamanan anggota keluarga. Jangan sampai setelah Lebaran malah terjadi klaster Hari Raya keagamaan,” tutupnya. (dns/kri/k8)
