SAMARINDA–Keputusan pembukaan Jembatan Mahkota II masih ditunggu. Hingga kini, pengecekan konstruksi jembatan masih terus dilakukan. Begitu pula dengan tanah longsor yang terjadi di kaki jembatan segmen Palaran.
Untuk diketahui, penutupan jembatan dilakukan setelah adanya abrasi di bibir sungai. Tepatnya di lokasi pembangunan instalasi pengolahan air (IPA) Kalhol pada 25 April lalu. Pylon jembatan mengalami pergeseran setelah longsornya timbunan tanah proyek tersebut.
Pengecekan dan pengukuran konstruksi jembatan dilakukan secara berkala. Melibatkan seluruh instansi terkait, mulai Dinas PUPR Samarinda, Kontraktor Pelaksana IPA Kalhol hingga Kementerian PUPR. Pengecekan dan pengukuran berkala dilakukan guna memastikan kondisi jembatan yang berfungsi sejak 2017 lalu itu. Selain pengamatan konstruksi, penanganan longsor diminta untuk diatasi.
PT Nindya Karya (Persero) selaku kontraktor pelaksana proyek pembangunan IPA Kalhol diminta untuk menangani longsor. Kepada Kaltim Post, Rensi selaku penanggung jawab proyek IPA Kalhol PT Nindya Karya mengatakan, telah melakukan pengecekan kontur tanah. Termasuk melakukan pengecekan tanah yang mengalami longsor.
Terkait penanganannya, sementara menggunakan metode cerucuk galam. Yakni, seribu kayu galam dipasang di area longsor untuk menahan longsor susulan. "Cerucuk itu memang panjangnya 4 meter, tapi didobel. Dua sampai tiga lapis untuk menahan tanah agar tidak semakin longsor," ungkapnya.
Selain pemasangan kayu galam di area longsor, bukit yang berada di belakang kompleks proyek juga dipasang plastik. Hal itu agar air yang mengalir di lereng bukit. Menghindari longsor yang bisa saja terjadi di bukit yang telah terkupas. "Kami juga buat saluran air agar tidak mengalir di titik longsor lagi," ucapnya.
Penanganan longsor yang dilakukan, lanjut Rensi, sebatas penanganan skala kecil. Penanganan lanjutan nantinya dilakukannya setelah pembahasan kajian teknis bersama instansi terkait selesai dilakukan. Nantinya, akan menentukan metode penanganan tanah longsor.
"Kami masih ambil data primer, seperti data bor, data sungai dan elevasi di area titik longsor. Kalau data primer dan perhitungan selesai dalam minggu ini, mungkin akan didiskusikan kembali dengan KKJT dan BWS. Estimasi seminggu sudah ada hasilnya, jadi Juni awal sudah bisa mulai penanganan longsor skala besar," pungkasnya. (*/dad/dra/k8)