Ujung Ramadan

- Jumat, 7 Mei 2021 | 17:44 WIB

Bambang Iswanto

Dosen Institut Agama Islam Negeri Samarinda

 

 

TIDAK sulit membaca tanda-tanda kepergian bulan suci Ramadan di Indonesia. Jika sudah ramai diperbincangkan tentang tunjangan hari raya (THR), baju baru, sampai mudik, tak lama lagi Ramadan berakhir.

Di saat bersamaan, semarak aktivitas ibadah Ramadan semakin meredup. Jamaah masjid secara kuantitas semakin berkurang. Sudah banyak warung makanan membuka “hijabnya” pada siang hari, dan mal-mal semakin ramai. Semua menjadi pertanda bahwa Lebaran tidak lama dan Ramadan segera pergi.

Bagi sebagian orang yang benar-benar merasakan nikmat Ramadan, waktu akan terasa sangat cepat. Ibarat seorang perindu yang bertemu dengan sesuatu yang sangat dicintai, kembali harus dipisahkan untuk waktu yang lama. Dan belum tentu bisa bertemu kembali. Bisa jadi, Ramadan kali ini Ramadan terakhir dalam hidupnya.

Bagi orang yang menangisi kepergian Ramadan, semakin dekat dengan waktu perpisahan akan semakin kuat energi batin memaksimalkan waktu Ramadan yang tersisa. Bukannya kendur, mereka malah gaspol untuk mencari keistimewaan akhir Ramadan.

Para perindu Ramadan justru sibuk mengakrabkan diri ke masjid dengan iktikaf, semakin gigih berburu lailatulqadar, merogoh saku dalam-dalam untuk menginfakkan hartanya sebanyak mungkin. Semua dilandasi oleh rasa beruntungnya bertemu dengan Ramadan dan rugi jika tidak bisa meraih rahmat dan pengampunan yang dibuka lebar oleh Allah, serta meraih pembebasan dari api neraka.

Ramadan, bagi mereka seperti medan perjuangan untuk meraih derajat takwa sebagai tujuan akhir puasa, ibadah utama Ramadan. Perjuangan yang terus menyala sampai akhir Ramadan.

Kondisi sebaliknya terjadi pada orang yang tidak merasakan keutamaan Ramadan. Ramadan datang pergi merupakan peristiwa kalender biasa. Berlalunya Ramadan sama seperti bulan biasa saja. Bahkan ada yang menganggap Ramadan bulan beban. Kepergian Ramadan seperti melepaskan beban.

TAKWA LAHIR BATIN

Setelah menjalani dua per tiga Ramadan, seorang mukmin sebenarnya bisa meraba dan mengukur ketakwaannya. Ia juga bisa merasakan apakah tarbiah yang dijalani sejak awal Ramadan mampu meningkatkan ketakwaannya atau tidak. Apakah di tengah jalan semakin meningkat atau menurun. Diri masing-masing lah yang bisa merasakannya.

Seperti diketahui, bahwa tujuan dari ibadah puasa dan banyak ibadah lainnya adalah menjadi manusia yang bertakwa. Takwa didefinisikan dengan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Makna takwa seperti itu yang sering dipahami oleh umumnya kaum muslim.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X