Menikmati libur Hari Raya Idulfitri 1442 Hijriah, masyarakat sebaiknya bersantai di rumah saja. Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan akan menutup seluruh tempat wisata, fasilitas umum, dan pusat perbelanjaan atau mal pada Kamis (13/5) pekan depan. Tempat tersebut berpotensi memunculkan kerumunan warga saat libur nanti. Kebijakan itu dituangkan melalui Surat Edaran Nomor 300/1701/Pem tentang Penutupan Sementara Tempat Wisata, Fasilitas Umum, Pusat Belanja (Mal) dan Pengaturan Jam Operasional Kegiatan Usaha pada Masa Bulan Suci Ramadan dan Idulfitri 1442 H/2021 dalam Rangka Pengendalian Penyebaran Pandemi Covid-19 di Balikpapan.
Surat yang ditandatangani Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan Rizal Effendi pada 4 Mei 2021, berdasarkan hasil kesepakatan rapat koordinasi (rakor) Pemkot Balikpapan dengan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) Balikpapan. Tempat wisata yang tutup selama tiga hari terhitung 13-16 Mei di antaranya Pantai Manggar, Pantai Lamaru, Pantai Kemala Beach, Pantai Kilang Mandiri, Penangkaran Buaya Teritip, Kebun Raya Balikpapan, Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup Km 23 Balikpapan, Mangrove Center Graha Indah, dan fasilitas umum kawasan Lapangan Merdeka-Melawai-Monpera.
Tak hanya itu, semua pusat perbelanjaan atau mal yang ada di wilayah Balikpapan juga ditutup. Namun hanya pada 13 Mei 2021. Rizal Effendi meminta masyarakat untuk mematuhi hasil keputusan ini. Agar peningkatan kasus penyebaran Covid-19 yang terjadi di India, tidak terulang lagi di Indonesia. “Bukan kami membesar-besarkan. Tapi, jangan sampai kejadian di India terjadi di Indonesia. Karena kita lengah. Kita memang melandai Covid-19-nya tapi belum terkendali. Jadi, kita diminta tetap waspada mencegah lebih dulu,” pesan dia.
Ketua DPD Partai NasDem Balikpapan ini mengatakan, angka kasus positif Covid-19 di Balikpapan memang mengalami penurunan. Di mana jumlahnya kurang dari 50 kasus setiap harinya. Akan tetapi, pandemi Covid-19 belum selesai. Bahkan sudah ada varian baru yang dibawa dari India dan beberapa negara. “Jadi, ketimbang sudah kejadian kita parah seperti India. Sekarang lebih baik kita melakukan pembatasan lebih dulu. Jangan sampai masyarakat punya persepsi turun, berarti pelonggaran. Karena pengalaman di India, diawali juga dengan kegiatan keagamaan,” pungkasnya. (kip/nyc/riz/k15)