Hoaks Nanggala Tenggelam Akibat Torpedo Tiongkok

- Selasa, 4 Mei 2021 | 12:53 WIB

FAKTA:

Penyelidikan tentang tenggelamnya KRI Nanggala-402 di perairan Bali masih dilakukan. Namun, dipastikan tidak ada ledakan saat kapal selam tersebut tenggelam.

 

PARA pembuat hoaks, tampaknya, lupa koordinasi saat menyebar kabar palsu tentang KRI Nanggala-402. Sebelumnya, mereka membuat berita bahwa kapal selam milik Indonesia itu tenggelam akibat rudal dari kapal selam Prancis. Kini pembuat hoaks lain menyebut Nanggala-402 tenggelam akibat serangan torpedo kapal selam China 093B.

“KRI Nanggala-402 adalah salah satu kapal selam jenis terbaik yang dipunyai Indonesia. Kapal selam ini buatan Jerman. Dibeli pada zaman pemerintahan SBY. Namun, KRI Nanggala-402 kini hancur ditorpedo oleh kapal selam China 093B.” Begitu penggalan berita yang menyebar beberapa hari terakhir.

Di aplikasi percakapan WhatsApp, kabar itu menyebar dalam bentuk flyer dan mencatut logo CNN Indonesia. Di Facebook, flyer tersebut beredar menggunakan logo kompas.com. Contohnya yang diunggah akun Facebook Agus Sofwan kemarin (27/4). Anda bisa melihatnya di bit.do/DiTorpedoTiongkok.

Berita dalam pamflet digital itu menyebutkan, Kapten M Rifan Jaya yang sedang memimpin patroli di kedalaman laut meminta izin untuk menembakkan torpedo. Namun, Mabes TNI tidak mengizinkannya. Kemudian, dikonfirmasi kepada Menkopolhukam bahwa situasi itu adalah latihan bersama.

Informasi tersebut jelas menyesatkan. Sebab, tidak ada indikasi ledakan dalam kasus tenggelamnya kapal selam Nanggala-402 yang statusnya kini menjadi on eternal patrol. ”Tidak meledak. Kalau meledak pasti sudah buyar semua dan suara ledakannya pasti terdeteksi. Ada kemungkinan mengalami retakan,” kata Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto di Lanud Ngurah Rai pada Sabtu (24/4). Anda dapat membaca berita yang diunggah jawapos.com itu di bit.do/TidakMeledak.

Selain itu, informasi bahwa KRI Nanggala-402 dibeli pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut keliru. Kapal selam itu diproduksi pada 1978 di galangan Howaldtswerke-Deutsche Werft di Kiel, Jerman. Lalu, dipesan Indonesia 1979 dan diserahkan ke Indonesia pada 1981. Saat itu Indonesia masih dalam masa pemerintahan Orde Baru. SBY baru menjadi presiden RI pada 2004.

Kekeliruan lainnya adalah nama kapten yang meminta izin Mabes TNI untuk mengeluarkan torpedo. Nama Kapten M Rifan Jaya tidak ada dalam manifes 53 anak buah kapal (ABK) KRI Nanggala-402.

Pangkat kapten laut di Nanggala-402 saat itu hanya dimiliki dua ABK. Yakni, Kapten Laut (E) Yohanes Heri dan Kapten Laut (P) I Gede Kartika. Komandan KRI dijabat Heri Oktavian dengan pangkat letkol laut (P). Anda bisa melihatnya di bit.do/53AwakKRI. (zam/c19/fat/jpg/dwi/k16)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Desak MK Tak Hanya Fokus pada Hasil Pemilu

Jumat, 29 Maret 2024 | 10:36 WIB

Ibu Melahirkan Bisa Cuti hingga Enam Bulan

Selasa, 26 Maret 2024 | 12:30 WIB

Layani Mudik Gratis, TNI-AL Kerahkan Kapal Perang

Selasa, 26 Maret 2024 | 09:17 WIB

IKN Belum Dibekali Gedung BMKG

Senin, 25 Maret 2024 | 19:00 WIB

76 Persen CJH Masuk Kategori Risiko Tinggi

Senin, 25 Maret 2024 | 12:10 WIB

Kemenag: Visa Nonhaji Berisiko Ditolak

Sabtu, 23 Maret 2024 | 13:50 WIB
X