Saatnya Genjot Neraca Dagang

- Selasa, 4 Mei 2021 | 09:54 WIB
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono

Sempat tergerus pandemi corona, kinerja neraca perdagangan Kaltim terus menunjukkan kebangkitan. Bahkan saat ini nilainya sudah bisa menyamai kinerja sebelum pandemi.

 

SAMARINDA- Membaiknya harga minyak dan gas bumi (migas) serta komoditas andalan ekspor Kaltim seperti batu bara dan crude palm oil (CPO) berhasil memperbesar surplus neraca dagang. Pada Februari 2021, Bank Indonesia mencatat net surplus perdagangan Kaltim sebesar USD 1,17 miliar, meningkat dibandingkan net surplus bulan sebelumnya yang hanya USD 1,15 miliar.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Tutuk SH Cahyono mengatakan, peningkatan net surplus tersebut disebabkan oleh naiknya nilai ekspor migas di tengah penurunan impor migas. “Net surplus kita sudah naik cukup baik, bahkan sudah kembali seperti sebelum pandemi. Ini tidak lepas dari peningkatan harga komoditas-komoditas unggulan kita,” tuturnya, Minggu (2/5).

Seiring kenaikan ekspor serta perbaikan mobilitas masyarakat, hal itu diyakini akan berdampak pada perbaikan konsumsi masyarakat yang berujung pada pemulihan ekonomi. Dari sini, bisa dilihat surplus neraca perdagangan sangat berpengaruh. Sehingga harus ada cara agar neraca perdagangan Benua Etam bisa lebih stabil.

“Meski nilainya sudah kembali meningkat, namun kembali lagi diingatkan bahwa turunan dari komoditas ini sangat diperlukan agar ekspor bisa lebih stabil,” ungkapnya. Sebab, pertumbuhan yang selalu surplus harus diimbangi dengan kestabilan, tidak boleh fluktuatif. Saat ini masih fluktuatif karena mengikuti harga batu bara yang juga naik-turun.

Kalau Bumi Etam relatif mengekspor komoditas mentah dan belum terproses dengan baik, secara alamiah neraca perdagangan akan terus mengecil. Sehingga hilirisasi mutlak dibutuhkan Kaltim agar seluruh komoditas mentah yang diekspor memiliki nilai tambah.

Dengan hilirisasi nilai ekspor bisa lebih stabil. Hal itu tentu tidak bisa terjadi dengan sendirinya, Bumi Etam butuh membuka investasi seluas-luasnya dari luar daerah. Karena Kaltim belum memiliki teknologi untuk memproses komoditas yang ada.

“Proses menjadi daerah yang maju pasti diawali dengan penguatan-penguatan teknologi. Harus datangkan teknologi hilirisasi itu, permudah investor agar mau ke Kaltim. Investor datang bawa uang, sisanya dipermudah agar hilirisasi berjalan,” bebernya.

Untuk mempertahankan neraca perdagangan Kaltim tetap surplus, hilirisasi merupakan jalan satu satunya untuk meningkatkan nilai tambah, agar ekspor semakin berkualitas dan tak gampang menurun. “Sudah sering kita katakan, hilirisasi nilai ekspor bisa lebih stabil. Kuncinya hilirisasi jika ingin neraca perdagangan Kaltim tetap surplus dan stabil,” pungkasnya. (ctr/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X