Kondisi Taman Samarendah tak mencerminkan wajah Kota Tepian. Ruang terbuka publik yang jadi ikon kota nyatanya dikerubungi masalah. Dari jalan yang bergelombang hingga menjadi titik banjir baru ketika hujan tiba.
SAMARINDA–Wali Kota Samarinda Andi Harun tak menepis terhadap dua hal itu. Menurutnya, itu perlu segera dibenahi. Ada langkah yang perlu diambil menangani kondisi drainase di taman yang berdiri di lokasi eks SMP dan SMA 1 tersebut.
“Drainasenya dangkal, tak bisa menampung debit air yang turun dari Jalan Bhayangkara ke Jalan Awang Long,” ucapnya.
Meski tak bisa instan, kondisi itu bakal segera dibenahi dalam waktu dekat. Pemkot mulai berancang-ancang untuk melelang pembenahan drainase itu. Apalagi kocek perbaikan kanal di Taman Samarendah sudah diplot di APBD 2021. Selepas Lebaran, sebut AH, begitu dia disapa, kegiatan itu bakal dilelang.
Ide lain menangani drainase sudah ada di benaknya. Namun, perlu melihat lagi kelayakan secara teknis. Semisal, parit di pinggir taman terbilang kecil, ada opsi memperlebar. Kemudian kanal lain dari sisi Sekretariat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) yang turut membuat air menumpuk di Taman Samarendah ketika hujan. “Jadi ada dua sisi yang membuat menumpuknya air di sana. Perlu ada penyodetan biar ketika hujan, air tak terkumpul. Namun, kembali lagi, perlu dilihat lagi kajian teknisnya, layak tidak gagasan itu,” ulasnya.
Lalu, bagaimana dengan badan jalan taman. Diketahui, kontur tanah yang tak kuat menahan beban kendaraan yang melintas membuat paving block atau bata beton merosot ke dalam, akhirnya menyajikan jalan yang bergelombang untuk dilewati.
Pemkot di bawah komandonya tengah meninjau ulang kelayakan bata beton yang terpasang saat ini. Menyulih rupa jalan menjadi pengerasan kaku atau rigid pavement, Kata AH, jelas bukan solusi.
Semenisasi justru membuat jalan tak efektif menyerap air dan debu. Tak pelak, jalan yang disemenisasi seperti buah simalakama. Nyaman dilalui karena mulus, tak nyaman dilewati karena teramat berdebu. “Perlu disesuaikan paving-nya. Saat ini kan yang dipakai paving taman dan ternyata tak cocok menahan beban kendaraan yang lewat di sana,” paparnya.
Karena itu, AH berinisiatif agar tak semua ruas jalan di Samarinda tak melulu disemen. Ada jalan yang diaspal, ada pula yang menggunakan bata beton yang lebih kukuh. Selain meminimalkan debu, juga mereduksi terjadinya kecelakaan karena jalan aspal dan paving cenderung membuat pengendara tak bisa melaju cepat. “Sebelum Lebaran akan coba ditinjau ke sana,” singkatnya.
Terpisah, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Samarinda Hero Mardanus menjelaskan, anggaran sekitar Rp 5 miliar sudah siap.Pembenahan drainase Taman Samarendah sudah diplot sejak awal tahun. Kajian disusun agar daya tampung limpasan air dari dua sisi, Jalan Bhayangkara dan Jalan Milono.
“Kajiannya sejak tahun lalu dan diplot untuk tahun ini,” terangnya. Kondisi parit di taman itu memang tergolong kecil dan tak mampu menampung debit air limpasan yang lewat ketika hujan.
Taman Samarendah memang memiliki dua kanal, di sisi luar taman dan di sisi dalam yang langsung menjadi jalur air dari Jalan Bhayangkara ke Jalan Awang Long. Kocek Rp 5 miliar itu, lanjut Hero, bakal difokuskan ke kanal yang berada di bawah taman tersebut. “Baru yang itu, untuk sisi luar masih dibahas,” singkatnya. (ryu/dra/k16)