Dari semula mengharapkan keajaiban, kini keluarga Mayor Laut (P) Eko Firmanto belajar untuk menerima kenyataan. Eko aktif di kegiatan remaja musala semasa di sekolah.
MEIWAN DANI-YERI NOVELI, Tegal, Jawa Pos
SUDAH puluhan tahun sang murid lulus. Tapi, Surono masih ingat betul sosok Eko Firmanto: sopan, mudah bergaul, dan aktif di Ikatan Remaja Musala Baitul Ilmi (Irmubi) SMAN 1 Tegal. ”Orangnya tinggi, tegap,” ungkap guru senior bahasa Inggris tersebut kepada Radar Tegal.
Semua ingatan itu meluap lagi begitu dia mendengar kabar bahwa sang mantan murid yang berstatus perwira, Mayor Laut (P) Eko Firmanto, menjadi salah seorang kru KRI Nanggala-402. Surono mengikuti betul detik demi detik perkembangan berita dari musibah di perairan utara Bali tersebut dan merasakan kepedihan mendalam saat kapal dinyatakan tenggelam dan semua kru diumumkan gugur. Mantan murid yang menjadi salah seorang alumnus kebanggaan sekolah itu telah berpulang.
Eko, istri, dan kedua anaknya tinggal di Sidoarjo. Tapi, kedukaan karena kepergiannya untuk ”berpatroli selamanya” bersama Nanggala menjalar benar sampai ke Kabupaten dan Kota Tegal, tempat dia dilahirkan, dibesarkan, dan bersekolah.
Bagi Ketua IKASMA (Ikatan Alumni SMAN 1 Tegal) Tafakurrozak, almarhum mati syahid. ”Kami semua sedih karena kepergiannya. Tapi, kami juga bangga. Beliau telah menjaga lautan Indonesia sampai akhir,” kata Tafakurrozak.
Lanal (Pangkalan TNI Angkatan Laut) Tegal juga mengadakan salat Gaib dan doa bersama selama tujuh hari berturut-turut untuk Nanggala-402. ”Bukan hanya itu, kami juga akan mengibarkan bendera setengah tiang di mako, rumah-rumah dinas TNI-AL. Itulah wujud dukacita yang mendalam,” ujar Danlanal Tegal Letkol Laut (P) Ridwan Azis.
Begitu kabar dari perairan utara Bali itu tersebar, Rakyan, 59, dan Rosita, 56, ayah serta ibu Eko, sebenarnya terus berharap ada keajaiban. Sang anak dan kru lainnya bisa selamat. Tapi, pengumuman dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang menyebutkan bahwa semua kru dinyatakan gugur mendorong Rakyan dan Rosita untuk ikhlas.
”Sebenarnya saya masih optimistis anak saya bisa selamat, tapi kenyataannya seperti yang kita ketahui semua,” katanya setelah tahlilan kepada Radar Tegal pada Minggu malam (25/4).
Sejak kecil, Eko memang ingin menjadi tentara. Anak pertama di antara empat bersaudara tersebut terinspirasi dua pamannya yang menjadi anggota Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Di KRI Nanggala, dia menduduki posisi sebagai Palaksa. ”Adiknya yang kedua juga tentara, bertugas di Kalimantan,” jelas Rosita.
Sudah cukup lama Rakyan dan Rosita tak bertemu langsung dengan sang anak. Lebaran tahun lalu, Eko tak pulang karena ada larangan mudik. Dan, Lebaran tahun ini putra kebanggaan keluarga itu kembali tak akan bisa pulang. Dia masih ”berpatroli” bersama Nanggala. (*/c14/ttg)