BALIKPAPAN – Pemkot Balikpapan bakal mendorong industri rumah tangga. Sebab, potensi bisnis tersebut dinilai akan terus berkembang dan membantu perekonomian rakyat.
Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan Adwar Skenda Putra mengatakan, industri rumah tangga sangat potensial untuk terus dikembangkan. Apalagi, industri ini terbukti bertahan saat krisis ekonomi. Menurutnya, industri rumah tangga yang ada saat ini harus mencontoh Tiongkok. Negeri Tirai Bambu itu memiliki perkembangan industri rumah tangga yang pesat.
Sentra Industri Kecil Teritip (SIKT) yang berlokasi di Kelurahan Teritip, Balikpapan Timur, akan dibuat sedemikian rupa. Dikembangkan menjadi sentra industri rumah tangga. SIKT ini merupakan sentra kelolaan DKUMKMP yang fokus pada olahan hasil laut dan pertanian. “Ya, itu, makanya sentranya itu mau didorong seperti itu. Paling tidak siklusnya ada. Sekarang ini siklusnya udah bagus nih di Sentra Teritip itu,” jelasnya.
Siklus itu, dirinya menjelaskan, misalnya seorang pengusaha kuliner kerupuk singkong yang memanfaatkan bahan baku lokal. Penggunaan bahan baku ini akan membantu petani untuk meningkatkan pendapatannya.
“Untuk produksi, dia butuh tenaga kerja minimal nama satu orang hingga dua orang. Dari mana orangnya? Dia ngambil orang lokal lagi. Orang yang tadinya menganggur, jadi dapat gaji. Miskinnya hilang enggak? Hilang karena bisa menghidupi kebutuhan hidup, minimal makan dan minumnya bisa terpenuhi,” katanya.
Selain itu, dia melanjutkan, pihaknya juga akan mengkaji Peraturan Wali Kota Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pemanfaatan Produk Lokal Hukum Komoditas Pertanian, Perikanan, dan Industri Kecil pada Hotel dan Restoran. “Itu yang mau kita evaluasi lagi, apa yang kita bisa tambah. Misalnya, hasil produk makan dan minum. Kalau di hotel itu kan produk kemasan yang sudah jadi, yang sudah terkenal,” terangnya.
Dirinya berharap, produk-produk tersebut bisa diganti dengan olahan UMKM lokal seperti amplang dan kerupuk singkong. Kualitas produk-produk yang dihasilkan UMKM juga tidak kalah bagus. “Enak juga kerupuk singkong kita itu, mau dimakan pakai apa. Sama kayak kimchi, hampir semuanya produk UMKM. Tapi orang lokalnya yang makan,” ujarnya.
Namun, berbeda dengan masyarakat di Indonesia. Produk UMKM kurang diminati dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Padahal, dikatakan Edo, produk lokal lebih terjamin dari segi kebersihan maupun kesehatan. Harganya pun lebih terjangkau.
“Jadi, kita ini yang susah, orang kita yang enggak mau pakai. Coba terbiasa makan makanan olahan lokal. Produk lokal itu terjamin. Bayangkan saja, mulai halal hingga Loka Pom. Kalau produk dari luar, kadang-kadang kita enggak tahu pengolahannya walau kemasannya bagus,” pungkasnya. (aji/ndu/k15)