Kaji Pembangunan PLTS untuk IKN

- Jumat, 30 April 2021 | 12:59 WIB

BALIKPAPAN – Pemanfaatan energi terbarukan menjadi fokus penting dalam pembangunan ibu kota negara (IKN) yang baru. Dengan mengusung konsep kota ramah lingkungan, diharapkan Kaltim mampu menjadi kawasan yang mumpuni di segala aspek bagi IKN nantinya.

Penggunaan sumber energi pembangkit listrik juga dinilai menjadi unsur yang patut diperhatikan. Sumber energi yang lebih bersih, seperti gas dan energi baru terbarukan (EBT) mesti diupayakan.

Poin ini pun dibahas dalam Kaltim Post Talk Show, Kamis (29/4). Turut hadir sebagai narasumber General Manager PT PLN Unit Induk Wilayah Kaltimra Saleh Siswanto, bincang sore tersebut mengangkat topik “IKN dan Energi Hijau”.

Dalam diskusi virtual yang dipandu jurnalis senior Kaltim Post Ajid Kurniawan itu, disebutkan bahwa dalam pengembangan IKN memerlukan daya 1.555 megawatt. PLN berkomitmen mendukung penyediaan listrik di IKN. Dengan dua skenario, yakni moderat dan optimistis.

“Kami sudah masukkan ke Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021. Kami sudah usulkan ke kementerian terkait kapasitas yang dibutuhkan,” jelas Saleh.

Dia melanjutkan, sistem interkoneksi subsistem Mahakam di Kaltim telah terhubung dengan subsistem Barito di Kalsel dan Kalteng. Dengan cadangan listrik di kedua sistem sekitar 40 persen atau 600 MW.

Tujuannya, meningkatkan keandalan sistem kelistrikan. Jika saling terhubung, akan saling menopang apabila ada masalah. Sementara kendala dalam transmisinya ialah pembangunan interkoneksi ke Kaltara.

Ditambahkannya, PLN ditarget menerapkan EBT sekitar 23 persen dalam skala nasional sampai 2025. Sementara saat ini, telah mencapai 15 persen. Untuk penggunaan EBT terbanyak dipegang wilayah Sumatra. Dengan total 45 persen penggunaan EBT. Sebab, banyak potensi mikro hidro. Sementara untuk Kalimantan, khususnya Kaltim, masih mencapai 18 persen.

“Ini menjadi PR kami untuk terus meningkatkan bauran energi ini. Supaya EBT menjadi penopang bagi sistem kelistrikan di Kaltim dan untuk IKN nanti,” tuturnya.

Diakuinya, EBT menjadi sistem yang masih sulit diterapkan. Sebab, energi yang paling murah masih berasal dari batu bara. Untuk EBT, misalnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), memang masih sulit dilakukan, mengingat kecanggihan teknologi yang terdapat pada sistem ini.

Khususnya di bagian baterai, belum ditemukan baterai yang bisa beroperasi secara efisien. Baik dari segi waktu maupun nilai ekonomisnya. Sebab, sistem EBT yang biasanya berasal dari angin dan matahari membutuhkan baterai yang mumpuni.

Kendati begitu, terkait sumber EBT, Saleh mengaku belum bisa memastikan sumber energi spesifik yang bisa dikembangkan di Kalimantan. Namun, menurut beberapa kajian, Kalimantan memiliki potensi air sebagai sumber pembangkit listriknya. Mengingatkan banyaknya perairan yang mengelilinginya.

“Kami sudah melakukan kajian-kajian. Dalam rancangan kami, PLTA Tabang itu sekitar 90 MW, PLTA Kelai 55 MW, dan PLTA Kayan 90 MW. Ini juga sudah kami masukkan ke RUPTL 2021,” jelasnya.

Hal lain, pihaknya juga berencana membangun PLTS untuk IKN dengan kapasitas 100 MW. Namun, masih tahap kajian.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X