Kasus malaria di Kutai Barat (Kubar) tahun lalu, urutan kedua setelah Penajam. Hal itu membuat Pemkab Kukar memberi perhatian serius untuk menangani masalah tersebut.
SENDAWAR–Pasien yang terjangkit umumnya pekerja kayu di kawasan Pegunungan Meratus. Letaknya berdekatan dengan lokasi calon ibu kota negara (IKN) baru. “Mereka hanya dirawat di puskesmas yang dinaungi Pemkab Kubar. Tidak ada korban jiwa,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kubar Ritawati Sinaga melalui sekretarisnya, Barnabas.
Khusus penderita malaria, Januari 2021, tercatat 75 kasus. Angka tercatat baru sementara. Pemkab Kubar berupaya menekan angka kasus malaria tersebut. Salah satunya, dengan mengalokasikan anggaran sebesar Rp 184 juta lebih.
Alokasi dana bersumber dari APBD dan DAK (Dana Alokasi Khusus) 2021. Dijelaskan, pasien yang memiliki gejala mirip Covid-19 termasuk malaria, akan menjalani prosedur pemeriksaan sesuai protokol kesehatan Covid-19.
Dalam perkembangannya, pengobatan malaria masih sama dengan sebelumnya. Pasien akan diberikan obat hingga dinyatakan kondisinya membaik. Pengobatan juga dilakukan menyesuaikan tingkat keparahan. Sebab, malaria, sebut dia, memiliki banyak jenis. Di antaranya, plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium malariae, plasmodium knowlesi, dan plasmodium falciparum.
“Dalam kondisi pandemi, jika seorang pasien juga ternyata memiliki malaria, maka pengobatannya dilakukan berjalan bersama-sama,” katanya. Adapun kasus malaria di Kaltim tahun 2020 berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim sebanyak 6.025 kasus. Terdiri dari Penajam Paser Utara 2.055 kasus, Kubar 1.270 kasus, Paser 864 kasus, Kutai Timur 775 kasus, Berau 419 kasus, Kukar 331 kasus, Samarinda 126 kasus, Balikpapan 100 kasus, Mahakam Ulu 69 kasus, dan Bontang 16 kasus. (rud/kri/k8)
