Ini Dia Sang Penakluk Hati KKB, Kapolres Kep Yapen AKBP Ferdyan Indra Fahmi, Nekat Bertemu Tanpa Senjata

- Jumat, 30 April 2021 | 10:50 WIB
Ilustrasi: Salah seorang KKB menyarahkan diri (KASATGAS HUMAS NEMANGKAWI FOR CENDERAWASIH POS)
Ilustrasi: Salah seorang KKB menyarahkan diri (KASATGAS HUMAS NEMANGKAWI FOR CENDERAWASIH POS)

Saat Papua makin panas akibat kelompok kriminal bersenjata (KKB). Justru terjadi anomali, yang menjadi oase untuk pendekatan kekeluargaan dari pada sekedar acungan senjata. AKBP Ferdyan mampu mengembalikan Pimpinan KKB Yapen Noak Orarei ke pangkuan pertiwi.

Ilham Wancoko, Jakarta, Jawa Pos

JASUS telah memberikan informasi terjadinya gangguan keamanan dari KKB di Distrik Kosiwo, Kepulauan Yapen pada akhir 2020. Pemerasan bersenjata api yang dilakukan KKB ini, jelas bukan tindakan kriminal biasa. Ferdyan yang baru saja menjabat Kapolres Kepulauan Yapen pada Februari itu buru-buru mencari cara.

Dalam benaknya telah terpendam konsep untuk menaklukkan KKB tanpa kekerasan. Ngelurug tanpa bala dan menang tanpa ngasorake. ”Saya berupaya untuk menyerang tanpa pasukan dan menang tanpa merendahkan. Maka, yang dipilih bukan pendekatan hukum, tapi restorative justice,” tuturnya.

Karena tujuan mulia itulah, Ferdyan lantas memaksa tim-nya bekerja ekstra. Tim itu diperintahkan untuk memetakan kemungkinan sosok yang mampu mempengaruhi KKB. Barang kali ada celah, ada kesempatan. Tentunya untuk mendekati anggota KKB, entah melalui keluarga atau siapapun. ”Setelah satu bulan, pintu masuk telah ditentukan. Melalui istrinya dan kakak kandungnya,” jelasnya.

Awalnya, saat mendekati istri Noak, tim ini seperti tidak berkutik. Istri Noak menutup pintu rapat-rapat. Tim yang sering kali memastikan bahwa istri Noak berada di rumah justru mendapati rumah yang kosong. ”Memang kami dihindari,” tuturnya.

Namun, tim tak patah arang dalam berjuang. Tim ini selalu mendapatkan petunjuk dari Ferdyan untuk terus bertamu. Terus membawa oleh-oleh, sekedar untuk membantu kehidupan sehari-hari keluarga Noak. Ferdyan sendiri mendapatkan informasi bahwa Noak dan istrinya hanya bisa bertemu beberapa kali dalam lima tahun ini. ”Anaknya lahir tanpa ditemani Noak,”jelasnya.

Bertemu saja jarang, apalagi untuk menafkahi istri dan anaknya. Prediksi dari Fredyan tepat. Akhirnya, istri Noak luluh, pintu komunikasi mulai terbuka. Istrinya mengeluhkan betapa suaminya tidak pernah pulang. Tidak memiliki kehidupan normal semacam warga lainnya. ”Saat itulah, saya menawarkan restorative justice. Catatan kriminal Noak akan dihapus bila kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujarnya.

Istri Noak yang masih bimbang meminta pertimbangan kakak kandung Noak. Ternyata, kakak kandung Noak itu memiliki pandangan berbeda dari Noak. Perlu diketahui, Noak ini menjadi pimpinan KKB menggantikan Rudi Orarei, yang tewas dalam baku tembak dengan kepolisian beberapa tahun sebelumnya. ”Dengan pandangan kakak Noak lainnya, kami semakin yakin bisa mengembalikan Noak,” tuturnya.

Namun, tetap saja masih ada kekhawatiran dari kedua belah pihak. Baik dari Noak dan Ferdyan. Jelas keduanya mengkawatirkan kemungkinan adanya jebakan. Memang dalam jalur damai ini, kepercayaan itu tetap masih rapuh. ”Saya perlu menghitung-hitung, begitu juga Noak,” terangnya.

Ferdyan akhirnya berkomunikasi menggunakan sambungan telepon dengan Noak. Menggunakan handphone kakak kandungnya Noak. Dalam sambungan telepon itu, Noak ingin mendengar secara langsung dari Ferdyan soal menghapus catatan kriminalnya. ”Ya, saya akan hapus catatan kriminalmu,” tuturnya pada Noak.

Tapi, komunikasi via telepon itu dilanjutkan dengan pertemuan secara langsung. Noak yang memutuskan lokasi dan waktunya. Tanpa senjata, tanpa pasukan. Ferdyan nekat untuk menemuinya. ”Noak bilang di telepon itu, besok. Saya setuju saja,” ujarnya.

Hari bersejarah dialog perdamaian pun terjadi pada Selasa (16/3) pukul 21.30 WIT. Melalui sambungan telepon, Ferdyan diberitahukan lokasi pertemuannya. Di sebuah warung yang terletak di perbatasan Kepulauan Yapen. Saat tiba di warung itu, sudah ada istri dan kakak Noak, serta beberapa orang lainnya. ”Kedatangan istri dan kakaknya ini yang membuat saya yakin bahwa ini bukan jebakan,” tuturnya.

Memang Ferdyan datang tanpa membawa senjata. Tanpa seragam yang menimbulkan kesan kaku. Hanya mengenakan kemeja kotak warna coklat dan kenekatannya. Suasana saat itu dingin, harap-harap cemas terlihat di wajah setiap orang. Setelah kakak kandungnya menelepon Noak. Noak mulai menunjukkan dirinya, dengan kaos hitam dan celana pendek. Jelas kehadiran Noak mengubah semuanya menjadi keriangan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X