Kebutaan Ancam Pasien Diabetes Jika Gula Darah Tak Dijaga saat Puasa

- Kamis, 29 April 2021 | 12:54 WIB
ILUSTRASI. Gula darah yang tidak stabil saat puasa bisa berbahaya bagi pasien diabetes. Karena bisa menyebabkan kebutaan karena komplikasi yang disebut retinopati diabetik. (Times of India)
ILUSTRASI. Gula darah yang tidak stabil saat puasa bisa berbahaya bagi pasien diabetes. Karena bisa menyebabkan kebutaan karena komplikasi yang disebut retinopati diabetik. (Times of India)

 Penderita diabetes perlu lebih berhati-hati ketika menjalankan ibadah puasa agar kondisi penyakitnya tidak memburuk. Tantangannya adalah gula darah harus stabil. Tak boleh drop ataupun melonjak. Jika tidak, akan berdampak pada matanya dan gangguan penglihatan.

Komplikasi tersebut adalah retinopati diabetik, menjadi salah satu komplikasi yang berpotensi menyebabkan kebutaan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut retinopati diabetik sebagai lima besar penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan yang dapat dicegah/diobati. Kondisi ini menyerang 3,9 juta orang di seluruh dunia.

Dalam webinar bersama para ahli JEC Eye Hospitals and Clinics lewat JEC Eye Talks, membahas ‘Pengaruh Puasa Ramadan pada Kesehatan Mata dan Pengidap Diabetes’. Medical Retina, Vitreo-Retina, and Cataract Specialist, JEC Eye Hospitals and Clinics dr. Martin Hertanto, SpM, mengatakan secara umum, puasa tidak memberikan pengaruh signifikan pada organ mata manusia. Namun, penderita diabetes perlu tetap waspada terhadap potensi gangguan mata akibat komplikasinya.

Apabila tidak terdeteksi sejak dini, retinopati diabetik bisa menyebabkan pendarahan dan robekan pada retina. Sehingga menimbulkan gangguan pandangan, seperti berbayang atau munculnya bercak hitam, bahkan sampai kebutaan.

“Karenanya, sangat penting bagi pengidap diabetes untuk tetap mampu menjaga kadar gulanya selama berpuasa, dan melakukan pemeriksaan retina secara berkala minimal setahun sekali, tergantung derajat keparahan penyakit,” paparnya dalam webinar, Selasa (27/4).

Retinopati diabetik adalah salah satu penyebab kebutaan terbanyak di kalangan usia produktif. Penyakit ini terjadi akibat tingginya kadar gula dalam tubuh yang tidak terkontrol secara berkepanjangan sehingga merusak pembuluh darah pada retina dan jaringan-jaringan yang sensitif terhadap cahaya.

Penyakit ini terbagi menjadi dua tipe yakni pertama, nonproliferative diabetic retinopathy (NPDR). Adalah tahapan awal, terjadi sedikit kebocoran pada pembuluh darah. Kedua, proliferative diabetic retinopathy (PDR) adalah tahapan lebih lanjut, mulai tumbuh pembuluh darah baru di retina (neovaskularisasi) yang mudah pecah dan mengalami pendarahan.

Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi diabetes mencapai 8,5 persen atau jauh meningkat dibandingkan temuan sebelumnya Riskesdas 2013 yang masih 6,9 persen. Data Kementerian Kesehatan memaparkan, pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia; dengan estimasi mencapai 10 juta orang. Bahkan, diabetes (dengan komplikasi) menjadi penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (setelah stroke dan penyakit jantung koroner). Persentase kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua di dunia, setelah Srilanka. (jpc)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X