Operasi Pencarian dan Penyelamatan di Laut Utara Bali Masih Berlangsung

- Rabu, 28 April 2021 | 14:28 WIB
Penyisiran dilakukan di pesisir Bali untuk mencari puing Nanggala 402.
Penyisiran dilakukan di pesisir Bali untuk mencari puing Nanggala 402.

Audit Investigasi Tenggelamnya KRI Nanggala-402, TNI AL Bakal Libatkan Pakar Kapal Selam dari Dalam dan Luar Negeri

JAKARTA - TNI AL memastikan tetap mengupayakan pengangkatan bagian-bagian KRI Nanggala-402 dari dasar Laut Utara Bali. Sampai kemarin (27/4) kapal-kapal milik Angkatan Laut maupun kapal bantuan negara sahabat masih berada di lokasi pencarian. Di samping untuk memberikan kepastian kepada keluarga 53 personel TNI yang on board di kapal selam tersebut, upaya itu terus dilakukan untuk mengumpulkan sebanyak mungkin data yang bisa diambil.

Berdasar informasi dari Mabes TNI AL, sedikitnya ada enam KRI yang masih melaksanakan pencarian dan penyelamatan di Laut Utara Bali. Yakni KRI I Gusti Ngurah Rai-332, KRI Pulau Rengat-771, KRI Soputan-923, KRI Rigel-933, KRI Bontang-907, dan KRI dr. Soeharso-990. Kapal-kapal milik TNI AL tersebut dibantu oleh MV Swift Rescue dari Singapura dan MV Mega Bakti milik Malaysia. "Jadi, sampai sekarang masih ada KRI kita, masih banyak di sana," ungkap Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Muda TNI Muhammad Ali.

Berdasar laporan terakhir yang diterima oleh Ali, kapal-kapal yang masih melaksanakan operasi di laut Bali menemukan dan mengangkat beberapa benda dari dasar laut. "Kami sudah menemukan mengangkat pake ROV itu hydropohone dari kapal selam KRI Nanggala-402," imbuhnya. Dari ROV itu pula, TNI AL menemukan torpedo yang dibawa oleh KRI Nanggala-402. Mereka juga sudah menerima beberapa foto terbaru kondisi di kedalaman 838 meter.

Ali menegaskan, upaya mengangkat bagian-bagian KRI Nanggala-402 akan terus dilakukan. Tentunya upaya tersebut menyesuikan kemampuan. Sejauh ini hanya bagian-bagian kecil dengan berat 150 kilogram ke bawah yang bisa mereka angkat dari dasar laut ke permukaan. "Tapi, nanti kami akan koordinasikan untuk (mengangkat) yang lebih besar dari itu," imbuhnya. Sebagaimana niatan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono, instansinya ingin semua bagian yang bisa diangkat dari KRI Nanggala-402 bisa dievakuasi. Termasuk bagian besar badan kapal selam buatan Jerman tersebut.

Perwira tinggi bintang dua TNI AL itu menyatakan bahwa ada beberapa metode atau cara yang bisa saja dilakukan untuk mengangkat bagian besar KRI Nanggala-402. Mulai menggunakan balon udara khusus, memakai selang dan tangki pemberat pokok, sampai metode ditusuk, dikait, kemudian ditarik seperti yang dilakukan Rusia saat mengangkat kapal selam KURSK. "Bermacam-macam, bergantung dari kedalamam, posisi kapal di kedalaman berapa," imbuhnya. Semua itu memengaruhi tingkat kesulitan pengangkatan kapal selam dari dasar laut.

Dan tentu saja, Indonesia juga butuh bantuan negara lain apabila ingin mengangkat badan KRI Nanggala-402. Semua opsi pengangkatan berikut bantuan yang dibutuhkan masih dibicarakan oleh TNI AL. "Kami diskusikan karena kedalamannya (KRI Nanggala-402 tenggelam) tidak dangkal, itu termasuk dalam. Lebih dalam dari (dasar laut tenggelamnya kapal selam ARA San Juan) dari Argentina," beber Ali. Menurut perwira tinggi TNI AL yang pernah mengawaki KRI Nanggala-402 itu, penyebab kecelakaan kapal selam di berbagai negara masih misteri.

Sebabnya tidak lain karena proses audit maupun investigasi berlangsung panjang. Hal serupa bukan tidak mungkin akan dirasakan oleh TNI AL yang baru kali pertama kehilangan kapal selam. Namun demikian, Ali memastikan bahwa upaya mencari serta menemukan penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402 tetap dilakukan oleh instansinya. Upaya tersebut tidak akan mereka lakukan sendiri. Dia memastikan TNI AL akan melibatkan banyak pihak. Termasuk pakar-pakar kapal selam dari luar negeri. "Para pakar kapal selam dan para ahli pembuat kapal selam. Jadi, itu ya. Bukan hanya pengamat sekedar pengamat," tegasnya.

Keterangan itu disampaikan oleh Ali lantaran dia menilai ada beberapa pihak yang keliru serta tidak tepat saat menyampaikan informasi. Salah satunya terkait dengan muatan berlebih yang menyebabkan KRI Nanggala-402 tenggelam. Dia mengungkapan bahwa kapal selam itu tidak kelebihan muatan. Jumlah personel sebanyak 53 orang masih lebih sedikit ketimbang daya tampung maksimal kapal selam tersebut. Yakni sebanyak 57 personel. Bahkan, lanjutnya, dari total kapasitas torpedo sebanyak delapan unit. Hanya tiga unit yang dibawa KRI Nanggala saat tenggelam.

Menurut Ali itu jelas menunjukkan bahwa KRI Nanggala tidak kelebihan muatan maupun over kapasitas. "Kapal selam itu (KRI Nanggala-402, Red) didesain untuk membawa delapan buah torpedo dengan berat masing-masing dua ton," imbuhnya. Artinya masih banyak kapasitas yang bisa diisi lantaran ketika musibah terjadi KRI Nanggala-402 hanya memuat tiga torpedo. Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa, penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402 belum bisa dipastikan. Perlu waktu dan audit serta investigasi mendalam untuk memastikan hal tersebut.

Black out maupun faktor alam, masih sebatas dugaan. Belum ada data pasti yang bisa disebut sebagai penyebab kecelakaan kapal selam itu. Termasuk di antaranya laporan yang diterima TNI AL berdasar deteksi Satelit Himawari. Laporan itu menyatakan bahwa terjadi internal wave di Laut Utara Bali saat KRI Nanggal-402 memulai tahap demi tahap peluncuran torpedo. Gelombang di bawah permukaan laut itu memang tidak tampak dari permukaan laut. Namun, pengaruhnya akan sangat terasa bagi objek-objek di bawah laut. Termasuk di antaranya kapal selam.

Berkaitan dengan usulan pengadaan kapal penyelamat kapal selam atau submarine rescue ship, Ali memastikan bahwa TNI AL sudah punya niat membeli kapal tersebut. "Kapal rescue (untuk kapal selam) sudah diprogramkan dengan Bappenas, dengan Kemhan sudah diprogramkan," jelasnya. Menurut dia, pengadaan kapal penyelamat itu juga sudah masuk dalam rencana strategis (renstra) TNI AL. "Dalam renstra itu ( ada pengadaan) satu kapal rescue," jelasnya.

Wakil KSAL Laksamana Madya TNI Ahmadi Heri Purwono menambahkan, TNI AL menginginkan punya aramada kapal selam yang kuat. Namun demikian, program pengadaan kapal selam tetap bergantung pemerintah. Dalam hal ini Kemhan. Karena itu, setelah pengadaan KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405 selesai, pihaknya menunggu program lanjutan untuk menambah jumlah kapal selam. "Harapan kami alutsista (kapal selam) kita nambah. Bayangkan kalau cuma tinggal empat dengan perairan luas gini," ujarnya. (syn/)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X