Penerimaan Hulu Migas Lebihi Ekspektasi

- Selasa, 27 April 2021 | 14:36 WIB
ilustrasi
ilustrasi

BALIKPAPAN – Realisasi harga minyak dan efisiensi yang dilakukan industri hulu migas membuat besaran penerimaan negara jauh melebihi ekspektasi, yaitu sebesar USD 3,29 miliar atau 45,2 persen dari seluruh target penerimaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 yang ditargetkan sebesar USD 7,28 miliar.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menuturkan, efisiensi yang dilakukan pihaknya bersama KKKS pada kuartal I 2021 berhasil menjadikan cost recovery/bbl sebesar USD 11,88 per BOE, turun dari rata-rata cost recovery per barel pada kuartal I 2020 sebesar USD 13,4 per BOE.

“SKK Migas dan KKKS telah melakukan berbagai terobosan di lapangan, sehingga dapat menghasilkan tambahan efisiensi biaya di lapangan sebesar USD 500 juta hingga USD 600 juta pada kuartal I 2021,” kata Dwi kepada jurnalis dalam jumpa pers kinerja hulu migas kuartal I 2021 secara virtual, Senin (26/4).

Ditambahkan Dwi, realisasi cost recovery kuartal I 2021 adalah sebesar USD 1,73 miliar atau sekitar 21,4 persen dari target 2021. “Insyaallah ke depan lebih bisa di-manage, sehingga dapat memberi tambahan penerimaan negara,” sambungnya.

SKK Migas mencatat per kuartal I 2021, produksi migas nasional mencapai 1.885 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD), terdiri dari produksi minyak sebesar 679,5 BOPD dan produksi gas sebesar 6.748 MMSCFD.

Sedangkan untuk lifting migas nasional mencapai 1.665,25 MBOEPD dengan rincian lifting minyak sebesar 676,2 ribu BOPD, atau 95,9 persen dari target APBN yang ditetapkan untuk tahun ini sebesar 705 ribu BOPD. Sedangkan lifting (salur) gas sebesar 5.539 MMSCFD dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD atau tercapai 98,3 persen.

Dwi mengungkapkan, capaian produksi dan lifting masih menghadapi tantangan, disebabkan adanya beberapa lapangan besar yang produksinya belum sesuai rencana dan bergesernya jadwal pemboran beberapa wilayah kerja. Untuk mengisi gap produksi, SKK Migas dan KKKS memperketat koordinasi untuk menyelesaikan masalah di lapangan serta menyelenggarakan FGD (focus group discussion).

“Ini untuk memastikan realisasi program-program kerja tahun 2021 serta mencari terobosan yang dapat menghasilkan tambahan produksi. Dari FGD selama 3 hari yang dilaksanakan pada awal April itu, kami dapat mengidentifikasi potensi tambahan produksi minyak rerata tahunan sebesar 3.500 BOPD serta memverifikasi salur gas sebesar 205 MMSCFD,” tambah Dwi.

Selanjutnya, Dwi berharap usaha yang dilakukan tersebut mendapatkan dukungan dari semua pihak, baik terkait perizinan, kebijakan maupun implementasi di lapangan. “Kami terima kasih kepada pemerintah karena telah menyetujui empat dari sembilan insentif yang dibutuhkan hulu migas. Semoga persetujuan ini juga menyusul pada insentif lainnya,” paparnya.

Untuk mendukung capaian target produksi 2021, SKK Migas dan KKKS telah berkomitmen melakukan 616 pemboran sumur pengembangan, 615 workover dan 26.431 well service. Realisasi pada kuartal I, telah dilakukan 76 pemboran sumur pengembangan, 143 workover dan 5.478 well service.

SKK Migas juga menargetkan 14 proyek migas akan onstream pada 2021, dua di antaranya adalah Proyek Strategis Nasional, yakni Proyek Jambaran Tiung Biru dan Tangguh Train III yang keduanya dijadwalkan onstream pada kuartal IV 2021.

“Progress proyek menunjukkan hasil yang baik, sehingga kami berharap penambahan produksi dapat direalisasi tepat waktu. Pada Januari–Maret, telah ada empat proyek yang onstream dan menghasilkan penambahan produksi minyak sebesar 5.850 BOPD dan gas sebesar 69.5 MMSCFD,” bebernya.

Untuk memastikan penggantian cadangan yang telah diproduksikan, SKK Migas juga menargetkan tahun ini dapat memproses persetujuan 39 Plan of Development yang diajukan KKKS. Sesuai rencana, pada kuartal I telah disetujui lima POD dan menghasilkan tambahan cadangan migas sebesar 34,37 juta barel oil equivalent (BOE).

Persetujuan POD lainnya sedang diproses, di mana sebanyak 13 lapangan membutuhkan insentif. Berdasarkan perhitungan SKK Migas, pemberian insentif akan memberikan peluang negara menambah potensi cadangan sebesar 1.576,6 juta BOE, sehingga memberikan peluang negara mendapatkan tambahan produksi dan penerimaan.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB
X