BALIKPAPAN- Kelonggaran yang diberikan pemerintah pada momen Ramadan tahun ini menjadi angin segar bagi bisnis restoran. Permintaan diyakini naik seiring pulihnya aktivitas masyarakat dan daya beli.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Balikpapan Sahmal Ruhip mengatakan, saat ini kapasitas pengunjung dine in hanya diizinkan 50-75 persen. Kebijakan ini diterapkan karena pemerintah masih melangsungkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro. "Kalau tahun lalu benar-benar dilarang. Alhamdulillah Ramadan tahun ini ada kelonggaran. Jadi, bisnis restoran dan kuliner bisa tumbuh positif,” katanya, Minggu (25/4).
Diketahui, tahun lalu pandemi Covid-19 sempat membuat bisnis restoran mati suri. Sejumlah restoran dibatasi. “Tahun ini lebih baik. Tetapi, tetap dengan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat,” bebernya.
Ia mengatakan, hampir seluruh restoran di Kota Minyak pendapatannya naik drastis. Bahkan ada yang kenaikannya dua kali lipat. “Tentu kami berharap hal ini bisa menjadi angin segar. Paling tidak jangan lagi ditutup atau hanya boleh take away. Pengusaha restoran pasti ikut aturan yang dikeluarkan pemerintah,” tuturnya.
Tidak hanya di restoran, sejumlah mal juga membuat bazar makanan untuk berbuka. Terlebih pasar Ramadan juga dibuka tahun ini. Terpisah, salah satu restoran di kawasan Sungai Ampal Balikpapan, Holly Grill terpantau tidak pernah sepi saat momen buka puasa. Owner-nya, Fandhita Dio mengaku puncaknya mulai sore sampai malam hari.
“Ya alhamdulillah tahun ini bisa membuka restoran untuk buka bersama. Permintaan saat Ramadan ya saat buka puasa paling tinggi. Dari hari pertama hingga saat ini tempat kami tidak pernah sepi,” tuturnya.
Bahkan, tiap harinya ia harus mendistribusikan bahan makanan lebih dari hari biasanya. Meskipun pada jam-jam tertentu, namun permintaannya cukup tinggi. Ia berharap, kebijakan yang diberlakukan pemerintah tetap seperti itu, tidak menutup bisnis UMKM. (aji/ndu/k15)