Tekan Malaria, Disarankan Tidur Pakai Kelambu

- Senin, 26 April 2021 | 14:38 WIB

KALTIM di tengah pandemi masih harus melawan malaria. Saat ini dari kabupaten/kota di Kaltim, kasus malaria paling tinggi ada di Penajam Paser Utara (PPU). Padahal di kabupaten itu bakal jadi lokasi ibu kota negara.

Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim Padillah Mante Runa mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dan berusaha agar malaria di daerah tersebut bisa ditekan. Penyebab tingginya angka malaria di kabupaten tersebut karena daerah itu banyak perambah hutan yang melakukan kegiatannya pada malam hari.

“Sedangkan kasus malaria masih ada dan biasanya nyamuk malaria atau nyamuk anopheles itu menggigit pada malam hari. Nah, perambah hutan kerjanya kan malam,” katanya.

Sebenarnya pencegahan bisa dilakukan dengan seperti menguras bak mandi, menutup atau mengubur barang-barang bekas, serta membersihkan lingkungan. Namun, ada hal lain yang perlu dilakukan masyarakat, khususnya di daerah yang masih terdapat kasus malaria yaitu menghindari gigitan nyamuk.

Selain obat nyamuk, mereka juga mesti tidur dengan menggunakan kelambu. Nyamuk ini disebut Padillah biasanya menginfeksi atau menggigit manusia saat malam, sehingga ketika manusianya tidur dengan kelambu, nyamuk tidak bisa menggigit.

Lebih lanjut, dia menjelaskan mengapa PPU justru kasus malarianya tinggi dibandingkan daerah lain seperti Kutai Barat atau Mahakam Ulu yang notabene juga sama-sama memiliki hutan yang banyak. Pasalnya, di kawasan tersebut masih ada masyarakat yang memiliki penyakit malaria.

Sementara penyakit itu mudah menular ketika nyamuk satu menggigit orang yang terinfeksi malaria lalu menggigit orang lain dan menyebarkannya. Jadi, ketika di suatu daerah terdapat beberapa penderita malaria dan masyarakat lain di daerah tersebut tidak melakukan pencegahan secara baik, malaria akan mudah disebarkan di daerah itu.

Pemerintah menargetkan 2024 bisa nol malaria. Adapun dari data Kaltim Dalam Angka 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, provinsi ini masih memiliki kasus malaria sebanyak 6.025.

Menangani malaria disebut Padillah harus kerja sama lintas sektor. Misal, melibatkan bupati dan camat. Selain itu, kerja sama dengan polisi hutan untuk mengawasi hutan. Sebab, banyak kasus berasal dari para perambah hutan. Sementara para perambah hutan itu tak sedikit yang berasal dari luar PPU.

Pada November 2020 lalu, pemerintah juga telah membagikan 15 ribu kelambu ke masyarakat di sekitar area endemis. Pembagian kelambu itu terbagi di lima puskesmas yang menjadi wilayah lokasi endemis yaitu Puskesmas Sotek, Puskesmas Sepaku I, Puskemas Sepaku III, Puskesmas Semoi II, dan Puskesmas Maridan di PPU. Sedangkan, desa atau kelurahan yang menjadi kategori wilayah endemis yang cukup tinggi yakni Desa Bukit Subur, Desa Bumi Harapan, Desa Tengin Baru, dan Kelurahan Mentawir.

Adapun kasus malaria di Indonesia mengalami penurunan. Pada 2010, kasus positif malaria di Indonesia mencapai 465,7 ribu. Sementara pada 2020 kasus positif malaria menurun menjadi 235,7 ribu. Tak hanya itu, penurunan kasus malaria juga diikuti dengan penurunan Annual Parasite Incidence (API) yang pada 2010 mencapai 1,96 dan 2020 mencapai 0,87.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, di Indonesia tampak ada kecenderungan penurunan yang bermakna dari jumlah kasus positif malaria dan API yang dilaporkan 2010-2020.

“Namun, penurunan ini cenderung stagnan pada 2014–2019. Namun, secara keseluruhan terjadi penurunan kasus malaria di hampir seluruh provinsi di Indonesia tahun 2015–2020,” kata Maxi.

Di sisi lain, jumlah wilayah di Indonesia yang berhasil melakukan eliminasi malaria bertambah. Pada 2019 kabupaten/kota yang berhasil mengeliminasi malaria sebanyak 300, tahun 2020 bertambah menjadi 318.

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Raffi-Nagita Dikabarkan Adopsi Bayi Perempuan

Senin, 15 April 2024 | 11:55 WIB

Dapat Pertolongan saat Cium Ka’bah

Senin, 15 April 2024 | 09:07 WIB

Emir Mahira Favoritkan Sambal Goreng Ati

Sabtu, 13 April 2024 | 13:35 WIB
X