Siasati Penurunan Okupansi, Hotel Andalkan Paket Berbuka

- Sabtu, 24 April 2021 | 10:48 WIB
Pelaku bisnis perhotelan tampaknya harus bekerja ekstra keras mengejar pendapatan di bulan ini. Momentum Ramadan seperti tahun sebelumnya membuat okupansi hotel merosot. Untuk menyiasatinya, banyak yang beralih jualan paket berbuka puasa.
Pelaku bisnis perhotelan tampaknya harus bekerja ekstra keras mengejar pendapatan di bulan ini. Momentum Ramadan seperti tahun sebelumnya membuat okupansi hotel merosot. Untuk menyiasatinya, banyak yang beralih jualan paket berbuka puasa.

BALIKPAPAN – Pelaku bisnis perhotelan tampaknya harus bekerja ekstra keras mengejar pendapatan di bulan ini. Momentum Ramadan seperti tahun sebelumnya membuat okupansi hotel merosot. Untuk menyiasatinya, banyak yang beralih jualan paket berbuka puasa.

Director of Operation Platinum Hotel Indonesia Soegianto mengatakan, low season hotel itu biasanya terjadi di bulan Ramadan. Okupansi merosot karena masyarakat memilih fokus beribadah atau menghabiskan waktu di rumah.

“Memang di bulan ini kami harus ekstra keras. Okupansi jelas turun. Pengalaman dari tahun sebelumnya seperti itu. Biasanya saat Ramadan okupansi kami di angka 20-30 persen. Hari normal rata-rata 50-60 persen. Tamu hotel biasanya hanya dari acara atau meeting yang digelar di hotel. Orang yang berlibur sangat jarang,” ujarnya, (21/4).

Selain itu, kondisi saat ini masih dalam bayang-bayang pandemi Covid-19. Tentu semakin berat. Okupansi anjlok, food and beverage saja yang bisa dijual. “Di sisi lain, hotel di Balikpapan cukup banyak. Jadi, okupansi sedikit karena harus berbagi tamu. Kuenya dibagi cukup banyak,” tuturnya.

Pria penghobi golf ini menjelaskan, jika dibanding dengan jualan kamar, jualan makanan ini untungnya sedikit. Bedanya sangat jauh. Lebih untung jualan kamar. Pasalnya, bahan pokok untuk makanan di Balikpapan cukup mahal. Jadi, margin untungnya sedikit. Belum lagi kuota yang disediakan terbatas. “Di Ramadan kali ini kami memiliki paket berbuka mulai dari Rp 100 ribuan per orang,” katanya.

Ia menuturkan, pada Maret lalu okupansi hotel sempat naik. Tetapi, bulan ini kembali turun. “Kondisi bisnis hotel saat ini sulit ditebak,” terang Soegianto.

Senada, Public Relation Hotel Grand Tjokro Balikpapan Rani Neysa mengatakan, Ramadan membuat okupansi hotel menurun. Tahun lalu, pihaknya mencatat okupansi di momentum Ramadan ini sekitar 30-40 persen. “Bulan ini, kami proyeksikan turun sama seperti tahun sebelumnya. Pada momen ini, kami biasanya menggenjot penjualan paket berbuka puasa,” tuturnya.

Pihaknya menawarkan paket berbuka mulai dari Rp 90 ribu per orang atau pack. Sepuluh pack pihaknya berikan promo gratis satu pack. Kemudian, untuk paket berbuka puasa ini pihaknya menawarkan diskon. “Strategi ini dilakukan guna menarik pasar. Atau menutupi okupansi yang merosot dan baru pulih setelah Lebaran,” ungkapnya.

Ketua PHRI Balikpapan Sahmal Ruhip mengatakan, hal ini wajar terjadi. Okupansi rendah, banyak orang yang fokus di rumah saja beribadah. Atau menghabiskan waktu di masjid. Kalau liburan atau menggunakan fasilitas hotel sangat jarang. “Hotel hanya bisa mengandalkan jualan paket buka puasa atau sahur biasanya. Selain itu, acara berbuka bersama meeting itu yang bisa mereka dapat. Kalau kamar mau bagaimana sudah kondisinya seperti itu,” tutupnya. (aji/ndu/k15)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Pabrik Rumput Laut di Muara Badak Rampung Desember

Senin, 22 April 2024 | 17:30 WIB

Di Berau Beli Pertalite Kini Pakai QR Code

Sabtu, 20 April 2024 | 15:45 WIB

Kutai Timur Pasok Pisang Rebus ke Jepang

Sabtu, 20 April 2024 | 15:15 WIB

Pengusaha Kuliner Dilema, Harga Bapok Makin Naik

Sabtu, 20 April 2024 | 15:00 WIB
X