Oksigen KRI Nanggala Bertahan 72 Jam, TNI-AL Belum Keluarkan Isyarat Tenggelam

- Jumat, 23 April 2021 | 09:39 WIB
KRI Nanggala-402.
KRI Nanggala-402.

JAKARTA– Tim pencari KRI Nanggala-402 berpacu dengan waktu. Sebab, cadangan oksigen dalam kapal selam yang hilang kontak di perairan Bali sejak Rabu dini hari (21/4) itu terbatas.

Jika dugaan KRI Nanggala-402 mengalami blackout benar, persedian oksigen di kapal selam buatan Jerman itu hanya bisa bertahan selama 72 jam atau tiga hari sejak hilang kontak. ”Sehingga kalau kemarin (Rabu, 21/4, Red) saat hilang kontak jam 3 (pagi), nanti bisa sampai Sabtu (24/4) jam 3 (pagi),” ungkap Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono dalam konferensi pers di Bali kemarin (22/4).

Tim pencari dan penyelamat yang dikirim TNI-AL diperintahkan untuk secepat-cepatnya menemukan KRI Nanggala-402. ”Mudah-mudahan sebelum (oksigen habis) dapat segera ditemukan,” harap mantan panglima komando armada (Koarmada) I itu.

Hingga tadi malam, pencarian terus berjalan. Tidak kurang dari 23 KRI, termasuk 2 kapal selam dan 5 pesawat, dikerahkan. Bukan hanya itu, TNI-AL juga mendapat dukungan dari Polri, BPPT, KNKT, dan Basarnas. ”Kemarin atas izin panglima TNI, kami distres pada negara-negara yang tergabung dalam konferensi kapal selam,” imbuhnya.

Sebagaimana disampaikan Kementerian Pertahanan, beberapa negara sudah merespons. Informasi yang diterima Yudo, Singapura dan Malaysia telah mengirimkan kapal khusus untuk penyelamatan bawah air. Dari Singapura, kapal yang dikerahkan adalah MV Swift Rescue. Kapal tersebut punya peran sebagai submarine support and rescue vessel. Sementara itu, Malaysia mengirimkan MV Mega Bakti yang juga bisa diandalkan sebagai submarine rescue ship. Dua kapal itu sudah berlayar dari negara asal menuju lokasi pencarian di Bali.

Kehadiran kapal-kapal bantuan dari Singapura dan Malaysia diharapkan bisa membantu penyelamatan awak KRI Nanggala-402. Sebab, TNI-AL sejauh ini belum memiliki kapal khusus untuk menyelamatkan kapal selam yang mengalami insiden di bawah laut. ”Itu sudah kesepakatan di dalam konferensi. Jadi, siapa pun yang mengalami kedaruratan, wajib (negara yang tergabung dalam konferensi) memberikan bantuan,” kata Yudo.

Hingga kemarin, kata Yudo, belum ditemukan bukti otentik bahwa kapal tersebut tenggelam. Karena itu, TNI-AL belum mengeluarkan isyarat subsunk yang menandakan KRI Nanggala-402 sudah tenggelam. Isyarat terakhir yang sejauh ini dikeluarkan adalah submiss atau kapal hilang setelah putus kontak.

Yudo tidak menampik bahwa pihaknya sempat mendeteksi pergerakan dari bawah air di lokasi pencarian. Namun, dia memastikan pergerakan yang terdeteksi kemarin bukan KRI Nanggala-402. ”Itu adalah rumpon bawah laut,” kata dia. Kemagnetan kuat yang terdeteksi pada Kamis siang juga masih harus dipastikan KRI Rigel-933. ”Kemagnetan yang tinggi di dalam suatu titik yang kedalamannya kurang lebih 50–100 meter, (posisi) melayang,” tambahnya.

Yudo berharap temuan tersebut merupakan KRI Nanggala-402. Meski sempat menduga kapal selam itu terjebak di kedalaman 500–700 meter, menurut dia, tidak tertutup kemungkinan ada upaya yang dilakukan para prajurit TNI-AL agar kapal itu bisa melayang dan terus naik.

Terkait dengan tumpahan minyak yang ditemukan di lokasi penyelaman KRI Nanggala-402, Yudo menyatakan bisa disebabkan dua hal. Selain keretakan atau kebocoran pada tangki bahan bakar, tumpahan minyak itu bisa disebabkan awak kapal yang sengaja mengurangi muatan. ”Awak kapal mengeluarkan semua benda cair yang ada di kapal, minyak, oli, supaya tetap mengapung. Paling tidak meringankan beban sehingga tetap bisa mengapung,” jelas dia.

Dilansir Radar Bali, Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad yang mewakili Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan bahwa pencarian dilakukan di posisi 60 mil sebelah utara perairan Laut Bali.

Sejauh ini, ada beberapa temuan. Di antaranya, tumpahan minyak dan bau solar di beberapa lokasi yang berbeda. Temuan tersebut terlihat secara visual yang pertama oleh heli Phanter AS4201 di posisi 07°49 menit 24 detik Lintang Selatan, 114°50 menit 58 detik Bujur Timur dengan radius area seluas 150 meter.

Kemudian, KAL Bawean juga mendapatkan temuan, tapi lokasinya tidak dilaporkan. Selanjutnya, kapal jenis Fregat KRI Raden Edi Martadinata (REM) 331 menemukan tumpahan minyak di posisi 07°51 menit 92 detik Lintang Selatan, 114°51 menit 77 detik Bujur Timur dengan luas area kurang lebih sama 150 meter.

Selain itu, KRI REM melaporkan secara lisan telah terdeteksi kotak pergerakan di bawah air dengan kecepatan 2,5 knot. ”Kontak tersebut hilang begitu cepat sehingga belum cukup data untuk mengidentifikasi kontak yang dimaksud sebagai kapal selam,” kata Achmad Riad di Base Ops Ngurah Rai kemarin. Sertifikat Kelaikan

Halaman:

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X