TURIN– European Super League (ESL) atau The Super League alias Liga Super Eropa mengklaim ingin menyelamatkan generasi muda (usia 16 tahun sampai 24 tahun) untuk tetap menonton sepak bola. Tetapi, ESL mungkin lupa bahwa sepak bola milik semua usia dan tidak untuk dikotak-kotakkan.
Kegaduhan yang ditimbulkan ESL sejak dideklarasikan pada Minggu malam waktu setempat (18/4) pun akhirnya tidak berumur panjang. Bahkan, hanya dalam hitungan hari. Pertentangan dari banyak pihak, khususnya fans, memaksa sembilan dari 12 klub pendiri mengundurkan diri dari ESL hingga tadi malam (21/4).
Dimulai dari big six Premier League (Chelsea, Manchester City, Liverpool FC, Manchester United, Arsenal, dan Tottenham Hotspur), lalu duo Milan (AC Milan dan Inter Milan), hingga Atletico Madrid. Sembilan klub itu sudah merilis pernyataan resmi sekaligus permintaan maaf kepada para pendukungnya.
Seiring hanya menyisakan tiga tim, ESL otomatis tidak bisa dilanjutkan. Tiga tim tersisa adalah Real Madrid, FC Barcelona, dan Juventus. ”Meski proyek itu (ESL, Red) menjanjikan, untuk saat ini tidak bisa berjalan dan harus dikaji lebih lanjut,” ucap Andrea Agnelli, wakil presiden ESL sekaligus presiden Juve, kepada Corriere dello Sport.
Agnelli yang sebelumnya mengundurkan diri dari presiden ECA (Asosiasi Klub Eropa) demi ESL itu kini malah digoyang jabatannya sebagai orang nomor satu Juve. Juventini tak hanya menuntut pertanggungjawabannya atas kegaduhan yang ditimbulkan oleh ESL. Tetapi juga atas capaian mengecewakan Juve musim ini. La Vecchia Signora gagal di Liga Champions (hanya sampai babak 16 besar) dan hampir pasti mengakhiri dominasi scudetto Serie A selama sembilan musim terakhir seiring masih tertahan di peringkat keempat.
Ada dua nama yang diinginkan Juventini sebagai pengganti Agnelli. Mereka adalah dua petinggi dari Exor, salah satu perusahaan yang menopang Juve. Masing-masing adalah CEO Exor John Elkann dan Wakil Presiden Exor Alessandro Nasi. Dua orang itu masih sepupu Agnelli. Hubungan antara Agnelli dan mereka juga merenggang lantaran berbeda pandangan terkait ESL.
Tuntutan mundur juga mengarah kepada Presiden Real Florentino Perez. Apalagi, pria 74 tahun itu didaulat sebagai presiden ESL. ”Perez harus mundur karena dia sudah mencederai nama Real Madrid dengan ESL. Ide itu (ESL, Red) sangat konyol dan terbukti hanya bertahan dalam hitungan hari,” papar mantan Presiden Real Jose Ramon Calderon kepada Mundo Deportivo.
Hanya, melengserkan Perez tidak akan mudah karena dia baru sembilan hari menduduki kursi presiden Real dalam periode keenam. Selain itu, tidak sedikit Madridistas yang meyakini bahwa hanya Perez yang mampu menjadikan Real selalu memiliki skuad kompetitif, bahkan salah satu yang terbaik di dunia, selama kepemimpinannya. (io/c17/dns)