Merindukan Bubur Legenda di Masjid Tua

- Kamis, 22 April 2021 | 10:25 WIB
BELUM BISA TERLAKSANA: Pelataran Masjid Shiratal Mustaqiem yang biasanya digunakan untuk tempat memasak bubur peca, tahun ini dipastikan tidak bisa lagi melaksanakannya, karena masih ada anjuran pemerintah perihal protokol kesehatan. RAMA SIHOTANG/KP
BELUM BISA TERLAKSANA: Pelataran Masjid Shiratal Mustaqiem yang biasanya digunakan untuk tempat memasak bubur peca, tahun ini dipastikan tidak bisa lagi melaksanakannya, karena masih ada anjuran pemerintah perihal protokol kesehatan. RAMA SIHOTANG/KP

Banyak hal spesial yang bisa Anda nikmati ketika menjalani Ramadan di Masjid Shiratal Mustaqiem. Mulai sejarah bangunan hingga keunikan kuliner berbuka puasanya. Sayang, sejak pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) mewabah di Kaltim 2020 lalu, menu berbuka puasa satu itu terpaksa ditiadakan.

 

BUBUR peca sudah menjadi hidangan khas berbuka puasa di Masjid Shiratal Mustaqiem. Bubur legend itu harus kembali absen Ramadan kali ini.

Sebelumnya, selama Ramadan, sedikitnya 37,5 kilogram beras dimasak untuk memenuhi kebutuhan jamaah yang berbuka puasa di sana. Menyajikan bubur peca sebagai hidangan berbuka selama Ramadan sudah menjadi tradisi. Dimulai sejak berdirinya masjid pada 1881. Hingga kini, cita rasa bubur tersebut diyakini tidak berubah. Tarup yang biasa berada di samping area masjid kini tak lagi berdiri. Begitu pula perlengkapan memasak bubur peca. Tidak lagi mengebul seperti perayaan Ramadan, dua tahun lalu.

Pengurus masjid tak ingin jika bubur khas yang sudah melegenda itu menimbulkan keramaian. Terlebih saat jelang berbuka puasa. Walau Ramadan tahun ini jamaah boleh melaksanakan salat berjamaah di masjid.

"Tapi kalau untuk sekadar berbuka ada aja. Kami cuma sediakan kurma dan air putih, yang penting berbuka puasa dulu. Kalau bubur tidak ada, kerena kan belum boleh berkerumun. Itu yang kami hindari," jelas takmir Masjid Shiratal Mustaqiem Sofian.

Menjelang waktu berbuka, sebenarnya masih banyak umat muslim datang ke masjid yang berdiri sejak 1881 itu. Mengira jika buka puasa bersama dengan sajian bubur peca masih dihidangkan. "Ya masih ada saja yang datang, kami enggak tahu dari mana saja. Hampir setiap hari ada yang datang. Mungkin mengira ada (bubur peca) karena masjid tahun ini kan dibuka, berbeda dengan tahun lalu," ucap pria 48 tahun itu.

Meski suasana masjid di Jalan Mas Penghulu, Kelurahan Masjid, Kecamatan Samarinda Seberang itu tampak jauh berbeda dari dua Ramadan sebelumnya, Sofian masih bersyukur. Setidaknya bisa kembali menggelar salat wajib dan sunah secara berjamaah di masjid berstatus cagar budaya tersebut.

"Kalau dulu kan ramai sudah pas waktu salat Asar. Banyak sudah orang bawa rantang, ada yang antar makanan juga. Siap-siap buka puasa di masjid. Sekarang ya enggak ada lagi, tapi tidak apa-apa. Alhamdulillah sekarang kan bisa salat lagi di masjid. Yang penting protokol kesehatan," tukasnya. (*/dad/dra/k8)

Editor: izak-Indra Zakaria

Tags

Rekomendasi

Terkini

Siapkan Formasi Fresh Graduate Pindah ke IKN

Rabu, 24 Januari 2024 | 23:00 WIB

Truk Ambles di Drainase Proyek DAS

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:31 WIB

Pengedar Sabu Diciduk Polisi saat Terlelap di Kamar

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:30 WIB

Anies Prioritaskan Ketersediaan Lapangan Kerja

Rabu, 24 Januari 2024 | 11:27 WIB

Jepang vs Indonesia, Maju Tak Gentar...!!

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:23 WIB

ASTAGA..!! Ada 26 Motor Hilang di Depan BIGmall

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:16 WIB

Menantu Luhut Jadi Komisaris Utama Pindad

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:11 WIB

Babinsa Sungai Dama Antar Warga ke Rumah Sakit

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:09 WIB

18 Kecamatan di Kukar Kekurangan Pengawas TPS

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:08 WIB

Algaka Pelanggar di Kukar Mulai Ditertibkan

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB

Karena Pemilu, Kasus Korupsi KPU Mahulu Terhambat

Rabu, 24 Januari 2024 | 10:05 WIB
X